KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan kehendakNya sehingga makalah sederhana ini
dapat kami rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Islam. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini
tentang “Pengertian Filsafat Islam”.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai
hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang
berkenaan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah
sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan
limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir.
Dalam makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin
makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan
datang.
Pamekasan,
01 April 2014
Penulis
Kelompok I
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata
Pengantar..................................................................................................... i
Daftar
Isi............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1
Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan..................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Filsafat Islam........................................................................ 2
2.2 Peran Filsafat Islam
dalam Dunia Modern............................................. 5
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan............................................................................................. 8
Daftar
Pustaka..................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam buku Mulyadhi Kartanegara yang berjudul
Gerbang Kearifan, beliau mendiskusikan beberapa pandangan sarjana tentang
istilah filsafat Islam. Ada yang megatakan bahwa Islam tidak pernah dan bisa
memiliki filsafat yang independen. Adapun filsafat yang dikembangkan oleh para
filosof Muslim adalah pada dasarnya filsafat Yunani, bukan filsafat Islam. Ada
lagi yang mengatakan bahwa nama yang tepat untuk itu adalah filsafat Muslim,
karena yang terjadi adalah filsafat Yunani yang kemudian dipelajari dan
dikembangkan oleh para filosof Muslim.Ada lagi yang mengatakan
bahwa nama yang lebih tepat adalah filsafat Arab, dengan alasan bahwa bahasa
yang digunakan dalam karya-karya filosofis mereka adalah bahasa Arab, sekalipun
para penulisnya banyak berasal dari Persia, dan namanama lainnya seperti
filsafat dalam dunia Islam.
1.2 Rumusan Masalah
a)
Apa Pengertian
Filsafat Islam?
b)
Apa Peran Filsafat Islam dalam Dunia Modern?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui Pengertian Filsafat Islam
b) Untuk mengetahui Peran Filsafat Islam dalam
Dunia Modern
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Islam
Al-Farabi berkata: failasuf adalah orang yang
menjadikan seluruh kesungguhan dari
kehidupannya dan seluruh maksud dari umurnya mencari hikmah yaitu mema’rifati
Allah yang mengandung pengertian mema’rifati kebaikan.
Ibnu Sina
mengatakan hikmah adalah mencari kesmpurnaan diri manusiadengan dapat
menggambarkan segala urusan dan
membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktis menurut
kadar kemampuan manusia.
Sampailah kita
pada pengertian filsafat islam yang merupakan gabungan dari filsafat dan islam.
Menurut mustofa Abdul Razak, Filsafat islam adalah filsafat yang tumbuh di
negri islam dan dibawah naungan negeri
islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian ini
diperkuat oleh Prof. Tata Chnd, bahwa orang-orang nasrani dan yahudi yang telah
menulis kitab-kitan filsafat yang bersifat kritis atau terpengaruh oleh islam
sebaiknya dimasukkan ke dalam filsafat islam.
Dengan uraian
diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa
filsafat islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran islam dalam membahas
hakikat kebenaran segala sesuatu.
Mulyadhi
Kartanegara dalam bukunya yang berjudul Gerbang Kearifan cenderung pada sebutan
filsafat Islam (Islamic philosophy), dengan setidaknya 3 alasan :
1)
Ketika filsafat Yunani diperkenalkan ke dunia Islam, Islam telah mengembangkan
sistem teologi yang menekankan keesaan Tuhan dan syari’ah, yang menjadi pedoman
bagi siapapun. Begitu dominannya Pandangan tauhid dan syari’ah ini,sehingga
tidak ada suatu sistem apapun, termasuk filsafat, dapat diterima kecuali sesuai
dengan ajaran pokok Islam tersebut (tawhid) dan pandangan syari’ah yang
bersandar pada ajaran tauhid. Oleh karena itu ketika memperkenalkan filsafat
Yunani ke dunia Islam, para filosof Muslim selalu memperhatikan kecocokannya
dengan pandangan fundamental Islam tersebut, sehingga disadari atau tidak,
telah terjadi “pengislaman” filsafat oleh para filosof Muslim.
2)
Sebagai pemikir Islam, para filosof Muslim adealah pemerhati flsafat asing yang
kritis. Ketika dirasa ada kekurangan yang diderita oleh filsafat Yunani,
misalanya, maka tanpa ragu-ragu mereka mengeritiknya secara mendasar. Misalnya,
sekalipun Ibn Sina sering dikelompokkan sebagai filosof Peripatetik, namun ia
tak segan-segan mengertik pandangan Aristoteles, kalau dirasa tidak cocok dan
1menggantikannnya dengan yang lebih baik. Beberapa tokoh lainnya seperti
Suhrawardi, Umar b. Sahlan al-Sawi dan Ibn Taymiyyah, juga mengeriktik sistem
logika Aristotetles. Sementara al-‘Amiri mengeritik dengan pedas pandangan
Empedokles tentang jiwa, karena dianggap tidak sesuai dengan pandangan Islam.
3)
Adanya perkembangan yang unik dalam filsafat islam, akibat dari interaksi
antara Islam, sebagai agama, dan filsafat Yunani. Akibatnya para filosof Muslim
telah mengembangkan beberapa isu filsafat yang tidak pernah dikembangkan oleh
para filosof Yunani sebelumnya, seperti filsafat kenabian, mikraj dsb.
a. Lingkup Filsafat Islam
Berbeda
dengan lingkup filsafat modern, filsafat Islam, sebagaimana yang telah
dikembangkan para filosof agungnya, meliputi bidang-bidang yang sangat luas,
seperti logika, fisika, matematika dan metafisika yang berada di puncaknya.
Seorang filosof tidak akan dikatakan filosof, kalau tidak menguasai seluruh
cabang-cabang filosofis yang luas ini.
b. Pandangan Filsafat yang Holistik
Satu
hal lagi yang perlu didiskusikan dalam mengenal filsafat Islam ini adalah
pandangannya yang bersifat integral-holistik.Integrasi ini, sebagaimana yang
telah saya jelaskan dalam karya saya yang lain Integrasi Ilmu: Sebuah
Rekonstruksi Holistik, terjadi pada berbagai bidang, khususnya integrasi di
bidang sumber ilmu dan klasifikasi ilmu. Filsafat Islam mengakui, sebagai
sumber ilmu, bukan hanya pencerapan indrawi, tetapi juga persepsi rasional dan
pengalaman mistik. Dengan kata lain menjadikan indera, akal dan hati sebagai
sumber-sumber ilmu yang sah. Akibatnya terjadilah integrasi di bidang klasifikasi
ilmu antara metafisika, fisika dan matematika, dengan berbagai macam divisinya.
Demikian juga integrasi terjadi di bidang metodoogi dan penjelasan ilmiah.
Karena itu filsafat Islam tidak hanya mengakui metode observasi, sebagai metode
ilmiah, sebagaimana yang dipahami secara eksklusif dalam sains modern, tetapi
juga metode burhani, untuk meneliti entitasentitas yang bersifat abstrak,
‘irfani, untuk melakukan persepsi spiritual dengan menyaksikan (musyahadah)
secara langsung entitas-entitas rohani, yang hanya bisa dianalisa lewat akal,
dan terakhir bayani, yaitu sebuah metode untuk memahami teks-teks suci, seperti
al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, filsafat Islam mengakui kebasahan
observasi indrawi, nalar rasional, pengalaman intuitif, dan juga wahyu sebagai
sumbersumber yang sah dan penting bagi ilmu.
Hal
ini penting dikemukakan, mengingat selama ini banyak orang yang setelah menjadi
ilmuwan, lalu menolak filsafat dan tasawuf sebagai tidak bermakna. Atau ada
juga yang telah merasa menjadi filosof, lalu menyangkal keabsahan tasawuf,
dengan alasan bahwa tasawuf bersifat irrasional. Atau ada juga yang telah
merasa menjadi Sufi lalu menganggap tak penting filsafat dan sains. Dalam
pandangan filsafat Islam yang holistik, ketiga bidang tersebut diakui sebagai
bidang yang sah, yang tidak perlu dipertentangkan apa lagi ditolak, karena
ketiganya merupakan tiga aspek dari sebuah kebenaran yang sama. Sangat mungkin
bahwa ada seorang yang sekaligus saintis, filosof dan Sufi, karena sekalipun
indera, akal dan hati bisa dibedakan, tetapi ketiganya terintegrasi dalam
sebuah pribadi. Namun, seandainya kita tidak bisa menjadi sekaligus ketiganya,
seyogyanya kita tidak perlu menolak keabsahan dari masing-masing bidang
tersebut, karena dalam filsafat Islam ketiga unsur tersebut dipandang sama
realnya.
2.2 Peran Filsafat Islam dalam Dunia Modern
Pada
saat ini, dalam pandangan Beliau (Mulyadhi Kartanegara), umat Islam telah
dilanda berbagai persoalah ilmiah filosofis, yang datang dari pandangan
ilmiah-filosofis Barat yang bersifat sekuler. Berbagai teori ilmiah, dari
berbagai bidang, fisika, biologi, psikologi, dan sosiologi, telah, atas nama
metode ilmiah, menyerang fondasi-fondasi kepercayaan agama. Tuhan tidak
dipandang perlu lagi dibawa-bawa dalam penjelasan ilmiah. Misalnya bagi Laplace
(w. 1827), kehadiran Tuhan dalam pandangan ilmiah hanyalah menempati posisi
hipotesa.Dan ia mengatakan, sekarang saintis tidak memerlukan lagi hipotetsa
tersebut, karena alam telah bisa dijelaskan secara ilmiah tanpa harus merujuk
kepada Tuhan. Baginya, bukan Tuhan yang telah bertanggung jawab atas
keteraturan alam, tetapi adalah hukukm alam itu sendiri. Jadi Tuhan telah
diberhentikan sebagai pemelihara dan pengatur alam. Demikian juga dalam bidang
biologi, Tuhan tidak lagi dipandang sebagai pencipta hewanhewan, karena menurut
Darwin (w. 1881), munculnya spesies-spesies hewan adalah karena mekanisme alam
sendiri, yang ia sebut sebagai seleksi alamiah (natural selection).
Menurutnya
hewan-hewan harus bertransmutasi sendiri agar ia dapat tetap survive, dan tidak
ada kaitannya dengan Tuhan. Ia pernah berkata, “kerang harus menciptakan
engselnya sendiri, kalau ia mau survive, dan tidak karena campur tangan sebuah
agen yang cerdas di luar dirinya. Oleh karena itu dalam pandangan Darwin, Tuhan
telah berhenti menjadi pencipta hewan. Dalam bidang psikologi, Freud (w. 1941)
telah memandang Tuhan sebagai ilusi. Baginya bukan Tuhan yang menciptakan
manusia, tetapi manusialah yang menciptakan Tuhan. Tuhan, sebagai konsep,
muncul dalam pikiran manusia ketika ia tidak sanggup lagi menghadapi tantangan
eksternalnya, serti bencana alam dll., maupun tantangan internalnya,
ketergantungan psikologis pada figur yang lebih dominan. Sedangkan Emil
Durkheim, menyatakan bahwa apa yang kita sebut Tuhan, ternyata adalah
Masyarakat itu sendiri yang telah dipersonifikasikan dari nilai-nilai sosial
yang ada.
Dengan
demikian jelaslah bahwa, dalam pandangan sains modern Tuhan tidak memiliki
tempat yang spesial, bahkan lama kelamaan dihapus dari wacana ilmiah. Tantangan
yang lain juga terjadi di bidang lain seperti bidang spiritual, ekonomi,
rkologi dll. Tentu saja tantangan seperti ini tidak boleh kita biarkan tanpa
kritik, atau respons kritis dan kreatif yang dapat dengan baik menjawab
tantangan-tantangan tersebut secara rasional dan elegan, dan tidak semata-mata
bersifat dogmatis dan otoriter. Dan di sinilah beliau melihat bahwa filsafat
Islam bisa berperan sangat aktif dan signifikan.
Berbeda
dengan yang dikonsepsikan al-Ghazali, di mana filsafat dipandang sebagai lawan
bagi agama, beliau (Mulyadhi Kartanegara) melihat filsafat bisa kita jadikan
sebagai mitra atau pendukung bagi agama. Dalam keadaan di mana agama mendapat
serangan yang gencar dari sains dan filsafat modern, filsafat Islam bisa
bertindak sebagai pembela atau tameng bagi agama, dengan cara menjawab serangan
sains dan filsafat modern terhadap agama secara filosofis dan rasional. Karena
menurut hemat saya tantangan ilmiah-filosofis harus dijawab juga secara
ilmiah-filosofis dan bukan semata-mata secara dogmatis. Dengan keyakinan bahwa
Islam adalah agama yang menempatkan akal pada posisi yang terhormat, saya yakin
bahwa Islam, pada dasarnya bisa dijelaskan secara rasional dan logis.
Selama
ini filsafat dicurigai sebagai disiplin ilmu yang dapat mengancam agama. Ya,
memang betul. Apaalagi filsafat yang selama ini kita pelajari bukanlah filsafat
Islam, melainkan filsafat Barat yang telah lama tercerabut dari akar-akar
metafisiknya. Tetapi kalau kita betul-betul mempelajari filsafat Islam dan
mengarahkannya secara benar, maka filsafat Islam juga adalah sangat potensial
untuk menjadi mitra filsafat atau bahwan pendukung agama. Di sini filsafat bisa
bertindak sebagai benteng yang melindungi agama dari berbagai ancaman dan
serangan ilmiah-filosofis seperti yang saya deskrisikan di atas.
Serangan
terhadap eksistensi Tuhan, misalnya dapat dijawab dengan berbagai argumen
adanya Tuhan yang telah banyak dikemukakan oleh para filosof Muslim, dari
al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dll., seperti yang telah saya jelaskan antara
lain dalam buku saya Menembus Batas Waktu. Serangan terhadap wahyu bisa dijawab
oleh berbagai teori pewahyuan yang telah dikemukakan oleh banyak pemikir Muslim
dari al-Ghazali, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Taymiyyah, Ibn Rusyd, Mulla Shadra dan
lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dunia Islam telah berhasil membentuk suatu
filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam
sendiri. Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah
suku, yaitu : Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang
berlokasi di daerah selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan
yang tinggi.
Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha
mempertemukan amtara kedua hal ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat
bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan
paling tinggi martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan
tetapi keduanya memiliki perbedaan.
Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan.
Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun
257 H (870 M). Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan
dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam
bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh
filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas
Aristoteles.
Di tahun 340 H (980 M), di suatu tempat yang
bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu Sina dilahirkan dan dibesarkan. Di
Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi,
sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia mempelajari matematika,
fisika, logika dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran
pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Bulan
Bintang, Jakarta : 1996
·
Sudarsono, Ilmu Filsafat – Suatu Pengantar,
Rineka Cipta, Jakarta : 2001
·
Mulyadhi Kartanegara, Masa Depan Filsafat Islam
“antara cita dan fakta”..Sebuah Paper
Tidak ada komentar:
Posting Komentar