MUFRODATUL HAYAT
Oleh:Robiatul Adawiyah
Kumandang suara adzan mulai
menyapa di telinga, pertanda bahwa kaum muslimin akan melaksanakan kewajibannya
sebagaimana yang telah di Firmankan sang Khalik “Wa makhalaktul Jinnah wal insa illa liyak budhun.’’ Tak terkecuali
keluarga agamis KH. Zainal Mu’in. Kini penghuni-penghuni di lembaga itu atau
yang disebut komunitas sarungan di Pondok
Pesantren Al-Irsyadmenyibukkan diri untuk mempersiapkan dirinya beribadah
kepada Allah.Baik santri putra maupun putri.Tidak terkecuali pula putri pertama
keluarga Kiyai Zainal, Nayla As Sa’adah Aviva. Neng cantik dan sholehah ini
adalah figur yang lemah lembut kepada santri dan kedua adiknya Abdullah
Muhammad dan Innayatul Wahdaniyah.Sifat
baik dan anggun tersebut dicontohnya dari Uminya Ny. Hj. Fitri Aviva. Selain sifat
itu ternyata Ayla juga memiliki sifat selayaknya seorang pelajar yang memang patut untuk dicontoh bagi santri-santrinya.
Setiap tahun Ayla selalu menjadi pelajar unggul, walaupun di lembaganya
sendiri, Dia tidak pernah malas
belajar,hingga suatu ketika…
“Ayla!”
panggil Abahnya.
“Abah rasa, sudah tiba
saatnya kamu menjadi seorang pejuang ilmu.Abah
ingin kamu menimba ilmu bukan di sini saja, tetapi Abah ingin memondokkanmu di Jawa. di sana pondok Salafiyah. Abah ingin kamu lebih memahami
hukum-hukum Islam.’’Mendengar penjelasan Abahnya,Ayla
pun meneteskan air matanya.
“Kamu tidak usah sedih
Ayla! Umi dan Abah akan sering jenguk kamu. Bagi kami jarak dari sini dan Jawa
itu tidaklah jauh.” ujar Umi pada Ayla, berusaha untuk menenangkan dan
meyakinkan Ayla bahwa walaupun kedua orang tuanya jauh, tapi mereka tidak akan
melupakannya.Mau tidak mau Ayla pun harus meng iyakan perintah kedua orang
tuanya, karena sabda Nabi, “Ridhollah wa
ridho wali dain.” hadist itulah
yang selalu diamalkan oleh Ayla.
###
Embun pagi sudah
menyatu dengan dedaunan di halaman rumah.Janji dan kesiapan Ayla kepada Abahdan Umikini sudah tiba.
“Tok
… Tok … Tok…!” suara ketokan pintu
terdengar dari luar kamar Ayla.
“Neng Ayla! suara itu
adalah suara salah satu santri putri yang diutus AbahAyla untuk membantu Ayla atau yang kerap kali disebut kabulehdalam
istilah Maduranya.
“Neng, tadi saya diutus Pak kiai, untuk menanyakan padaNeng, Nengsudah siap apa belum?jelas santri itu dengan nada pelan karena
dia sedang berhadapan dengan putri kiainya.
“Iya, Ayla sudah siap’’.
jawab Ayla sambil mengusap kedua air matanya.
Dalam perjalanan UmiAyla diam seribu bahasa, merenenungi
bagaimana keadaan Putri sulungnya ketika jauh dari dekapannya itu.
“Umi
kenapa?” tanya Ayla sambil memegang kedua tangan Uminya itu.
“Umi jangan sedih, Ayla
senang kok.Abahdan Umimemondokkan Ayla, karena Ayla tahu di
zaman sekarang banyak pemuda-pemudi dan orang tuanya di sana yang tidak terlalu
peduli dengan ajaran agama.Jadi Ayla bersyukur memiliki kedua orang tua seperti
Abahdan Umi.”
6 jam sudah dilalui
dalam mobil oleh keluarga Ayla. Tempat yang
ditujupun sudah sampai. Umimemasrahkan
Ayla pada guru barunya.Namun sebelum Abahdan
Uminya berlalu,Abahnyamemberi pesan yang terakhir sebelum beliau pergi
meninggalkan Ayla yang sedang dalam pencarian ilmu, beliau berkata “Man
jadda wa jadda!”
#s###
Ayla pun sudah siap
dengan barang-barang yang dibawa dari rumahnya menemaninya dalam mengenyam
manisnya ilmu.Sambil berjalan menuju asrama yang akan ditempatinya Ayla diberi
pengarahan terlebih dahulu oleh ustadzah di pondok Al Miftah salafiyah
tersebut.
“Ukhti Ayla!hadzama’hadukijadidan,
wayajibuilayyailtizamunnidhomfihunalianailtizamunnidhomiasasunnajah,
fahmtu Ayla?” (saudaraku Ayla ini
adalah pondok barumu dan kamu wajib menaati peraturan di sini karena menaati
peraturan merupakan kunci kesuksesan, faham kamu Ayla?) jelas ustdzah tersebut.
“Ai
huwa ya ustdzah.” (ya saya paham ustdzah).
“Wa ha dza ghurfatuki.” (dan ini
kamar kamu).
“Syukron ya ustdzah.”
“Afwan ya Ayla’’ .ustadzah itu berlalu meninggalkan Ayla. Ayla pun
melepas tas dari gemgamannya, kemudian satu persatu santri-santri di kamar tersebut
menghampirinya sambil menginterview
Ayla.
“Ya ukhti … mas muki?” tanya salah satu
santri di kamar tersebut.
“Ismi Nayla As Sa’ad”h Aviva.” semua mata saling memandang takjub
akan nama Ayla,dan salah satu dari mereka ada yang memperkenalkan namanya pada
Ayla, yang kemudian dia menjadi tema akrab Ayla.
“Safitri Ainiyah.” dia
biasa dipanggil Ayla dengan julukan Fitri. Teman baru Ayla sungguh sangat
banyak namun Fitri adalah satu-satunya teman akrab Ayla.
Ayla pun mulai beradaptasi
dengan lingkungan barunya,hingga suatu ketika Fitri mulai mengenalkan Ayla
dengan teman-temannya yang lain, yang biasa disapa Ayla “Aisyah” dan
“Indah”,merekapun selalu bersama Ayla.
Tiba saatnya liburan sekolah madrasah baik Tsanawiyah
maupun Aliyah. Ayla yang pada waktu itu menginjak Madrasah Aliyah merasakan
nuansa liburannya berkesan karena liburan Madrasah Aliyah waktu itu ditugaskan
mencari tumbuh-tumbuhan di sekitar pondok dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Sungguh ini menjadi sebuah pengalaman bagi Ayla. Di tengah-tengah keasyikannya
bersama teman-teman yang sedang menjalani tugas. Ayla tiba-tiba dipanggil oleh
pengurus pondok.
“Ayla!anti dapat kiriman, di pos pengiriman, Umidan Abahanti menunggu dari tadi.”
“Na’am ya ustdzah !Syukron ala khobaruki !”
“afwan!”
Sesampainya di pos
pengiriman Ayla sempat bingung karena di tengah-tengah Abahdan Uminya ada
sesosok laki-laki tampan berkopiah lengkap dengan surban bewarna hijau yang
digantungkan di lehernya,rasa penasaran Aylapun memuncak dan diapun menanyakan
laki-laki itu kepada Uminya.
“Ini adalah Izal keponakan jauhnyaAbah Ayla.” jelas Umipada Ayla.
Belum sempat berbicarabanyak,Abahdan Umi Ayla terburu-buru untuk menghadiri undangan pengajian.
“Ya, sudah Ayla yang
penting kamu baik-baik saja.Umidan Abah pulang dulu. jelas Umi.
“Jaga
diri dan selamat belajar dik.” pesan laki-laki yang baru dikenalnya itu, yang
akrab disapa Izal.
###
Matahari telah menampakkan
sinarnya dengan lembut. Aktivitaspun dimulai seperti biasanya. Ayla dan
teman-temannya bersiap-siap menuju musolla Al-Hasibi tempat seluruh santri
putrimenghafalkan bait demi bait Al-Quran dan bermuhadasah bersama santri lain
sebelum tiba waktunya menempuh pelajaran kurikulum. Di musolla itu Ayla benar-benar
merasa terlahir kembali setelah ayat demi ayat dan ucapan bahasa bernuansa arab
itu di dengarnya.
“Ukhti Ayla!Li ma dza anti masrurun? (kenapa kamu senang?). tanya Ustdzah Ifadatun
Nabila atau yang biasa dipanggil santri yaitu Ustadzah Nabila.
“Li anny ana murtahah jiddan fihuna, ya Ustdzah.” (karena saya
kerasan sekali di sini wahai ustadzah). Pengajian pun selesai dan ditutup
dengan pembacaan hamdalah oleh setiap santri.Tiba saatnya Ayla bersiap-siap untuk
menginjakkan kakinya di Madrasah Aliyah.
“Ayla
… tugas kamu dari Ustad Agil sudah selesai?” tanya Indah sahabat Ayla.
“Belum, Dah.Soalnya Ayla
kemarin sakit, jadi Ayla tidak masuk dan Ayla tidak tahu siapa itu Ustad Agil?”
“Oh
… jadi kamu belum kenal beliau?”
“iya.”jawab Aylasambil
meletakkan seluruh buku dan kitab yang akan dikajinya ke dalam tas Ayla.
“Nanti juga kamu
tahu.”bisik Enda, salah satu teman Ayla
yang sangat senang dengan ustad tersebut.
“Eh Ayla!Nanti pelajaran
Tafsir yang mengajar ustad baru loch! Lagi-lagi telinga Ayla penuh dengan nama Ustad
Agil, Agil dan Agil. Selang beberapa menit kemudian.
Ustad Agil atau cowok
yang jadi bahan pembicaraan itu datang dengan pakaian baju merah hati kopiah
warna hitam dan celana hitam pula. Nampaknya membuat seluruh santri terkesima,
tak terkecuali Ayla yang kala itu datang terlambat karena kebiasaan buruknya
yang sering ke kamar mandi.
“Assalamualaikum!”ucap
Ayla dengan gugup.
“Waalaikum
salam. Anda siapa? Murid di kelas ini tah? Kenapa anda telat?”
Panjang lebar Ayla
menjelaskan pada Ustad Agil, sambil melirik sedikit wajah ustad itu,kebiasaan
buruk murid ketika melihat guru yang tampan.
Urusan dengan Ayla yang
telat pun selesai.Kini Ustadz memulai pelajaran dan menyuruh seluruh murid
untuk mengumpulkan tugasnya. Setelah dicocokkan antara banyaknya siswi dan
tugas ternyata ada satu siswi yang belum mnegumpulkan tugas. Lagi-lagi Ayla.Namun
entah mengapa Ustadz Agil tidak menghukum Ayla walaupun sudah dua kali Ayla
melanggar prosedur belajarnya.Ayla pun maju dan menjelaskan ketidak patuhannya
mengumpulkan tugas.
Bel tanda pulang pun berbunyi, itu artinya aktifitas hari
itu selesai sudah.Seperti biasa sebelum menutup segala sesuatu di anjurkan
untuk membaca hamdalah.
Ustadpun mempersilahkan
seluruh siswinya untuk keluar terlebih dahulu,karena beliau masih membereskan kitab-kitab
yang ada di mejanya. Seluruh siswi berebutan untuk segera pulang karena bel
ngaji kitab sudah terdengar. Tak terkecuali Ayla yang kala itu di pertengahan
jalan harus kembali karena kitabnya tertinggal di ruang kelas tadi.
“Kamu mencari kitab
ini?” tanya seorang laki-laki di belakang Ayla,yang tak lain adalah Ustadz Agil.
“Iya Ustadz, ini
kitabnya saya. Terimakasih Ustadz.” Dengan raut wajah maluAyla segera berlalu
dari tempat itu karena dia merasa bukan saatnya dia membaca kitabQurrotulUyun, kitab yang mengkaji tentang tata cara seseorang berumah
tangga dan ketaan seorang istri kepada suami. Ustadz Agilpun hanya melemparkan
senyum ketika Ayla berlalu dari tempatnya.
###
Liburan pondokpun telah
tiba. Persiapan seluruh santri sudah jauh-jauh hari sebelum liburan. Tak terkecuali
Ayla,karena walaupun liburannya kali ini tidak dikediamannya di Pamekasan, Umidan AbahAyla berangkat memenuhi kewajibannya melaksanakan rukun Islam yang
ke lima. Sedangkan adik-adiknya dititipkan di rumah pamannya di Surabaya. Jadi,
liburan Ayla kali mau tidak mau harus dijalaninya di Surabaya.Karena walaupun
Ayla mempunyai pondok sendiri, seluruh santrinya pulang menikmati liburan.Jadi kalau
Ayla tetap memaksakan diri berlibur di rumahnya, berarti ia harus siap sendiri.
Untuk itu sang Paman R. Thohirbersenang hati menerima ketiga keponakannya itu.
“Ayla!sudah bangun kamu Nduk?”tanya Bibi Aini.Dia adalah istri dari paman Thohir.
“Iya, bi.Setelah sholat
Subuh Ayla tidur lagi soalnya capek waktu perjalan kemain. Adik Ab danadik Ina
di mana bi?”
“Mereka sedangmengaji
bersama Fira di musholla sebelah barat.” ujar Bibi menjelaskan pada Ayla.Di kediaman
Paman dan Bibi Ayla memang tidak ada pondoknya.Namun disitu aktif setiap hari
orang berduyon-duyon datang untuk belajar mengaji.Di sana terdapat masjid
khusus pelajar putra dan dua musholla.Musholla barat untuk pelajar yang belum
tamyiz dan untuk musholla timur di bangun untuk pelajar yang sudah fasih dalam
pembacaan Al-Qur’an.
“Assalamualaikum,
ya ukhtial-jamilah.”
“Walaikumsalam, ukhti kamilah. Giman punya kabar?” tanya
Ayla kepada Fira yang memiliki nama lengkap Siti Maghfiroh. Tapi dia tidak suka
jika dipanggil Magfiroh karena kebiasaannya menonton sinetron dan gosip jadi dia
merubah nama julukan menjadi Fira.
“Alhamdulillah
baik-baik, la!” Perbincangan merekapun berjalan dengan penuh kegembiraan raut
wajah Ayla kini kembali ceria, seperti raut wajah masa kanak-kanak Ayla dulu.
Ayla dan Fira terbawa suasana yang tadinya agak sedikit kalem, kini Ayla mulai
membuka lagi.Ketertutupan dirinya, Fira tahu betul siapa sepupunya ini. Fira
yakin betul kalau Ayla adalah gadis yang tidak suka menutup-nutupi masalahnya
sendiri,Makanya Fira sengaja memulai perbincangan tentang cinta kepada Ayla,
agar Ayla terpancing dan mau bercerita sedikit tentang dirinya sekarang kepada
sepupunya itu.
“Ayla!’’
“Iya,
ada pa Fira?”
“Aku bubaran lagi sama
teman dekatku.”ujar Fira sambil memanyunkan bibirnya yang merah.Dari dulu Fira
memang tidak mengistilahkan lelaki jika sedang dekat dengannya itu adalah pacar
karena baginya pacaran itu adalah istilah yang sangat bertolak belakang dengan
dirinya.
“Teman
dekat kamu yang mana?”tanya Ayla bingung.
“Itu
loch, yang tahfidz!”
“Oh…
itu! Kalau yang Ustadz sebelah rumah kamu sudah bubar juga?”
“Sudah dari dulu kalau
itu, La. Bahkan sebelum yang ini Aku sudah ganti dua kali,soalnya mereka kurang
mengetahui hukum-hukum yang berbau Islam.”
“Oh…!” jawab Ayla. Ayla
tidak heran dengan sepupunya yang satu ini walaupun dia mempunyai banyak teman
lelaki.Tapi setahu Ayla dari dulu sampai sekarang Fira tidak pernah janjian
dengan teman-teman akrabnya. Alur kehidupan Fira memang sulit di tebak, walaupun
Dia banyak memiliki teman akrab.Sesungguhnya tujuannya hanya ingin menambah
pengetahuan dengan berdiskusi dengan temannya itu tentang agama melalui alat
komunikasi.
“Kamu
sendiribagaimana,La? Sudah punya teman dekat apa belum?”tanya Fira.
“Belum, Fir.Emangnya
ada yang mau dengan Aku?”tanya Ayla pada Fira.Belum sempat menjawab tiba-tiba
Ab dan Ina menghampiri Ayla dan Fira.
“Mba’…kapan
Abahdan Umi pulang dari Mekah?”tanya si Bungsu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Iya… Ab juga kangen Abahdan Umi, pengen belajar mengaji lagi sama Umi.” tambah Ab dengan ekspresi wajahnya yang ngegemesin itu.
“Iya adik-adikku, nanti
juga Abahdan Umipulang, dan mereka membawa mainan banyak banget.” ujar Ayla kepada
kedua adiknya itu.Senyum di kedua bibir adik-adiknya mulai nampak.Ayla pun juga
tersenyum melihat adiknya tersenyum.Mereka berdua pun pergi dari hadapan Ayla
dan Fira menuju ke tempatnya yang tadi dengan tujuan memberi tahu kabar bahagia
itu kepada teman-teman barunya.
“Ayla, Fira !” panggil
Paman dari rumah tepatnya ruang tengah.
“Iya Paman. Iya Abah.” sahut Ayla dan Fira secara bersamaan.
“Ayla … Paman harap
kamu betah di sini.Soalnya Abahdan Umi kamu tadi menelpon, katanya mereka
belum bisa pulang cepat soalnya di Mekkah terjadi kesalahan dalam pesawat yang
akan ditumpangi Abahdan Umi kamu.Jadi mungkin mereka masih agak
sedikit lama, dan kamu harus bisa menghibur adik-adik kamu dulu.”jelas Paman Thohir
panjang lebar pada Ayla.
“Iya, Paman. Ayla akan ikuti
perintah paman.” Di ruang tengah itupun air mata Ayla secara spontan meneteskan,mengingat
Abahdan Uminyadan kerinduannya kepada orang tuanya itu.
“Ayla…kamu jangan
sedih, Paman juga Bibi pasti akan baik-baik saja kok di sana. Mereka tidak akan
apa-apa, cuman kesalahan pesawatnya
saja.” hibur Fira sepupunya itu.
“Benar itu Ayla, lebih
baik kamu doakan saja Abahdan Umikamu supaya mereka tenang di Mekkah dan
kamu harus ingat bahwa “Innallaha
ma as shobirin,” kalau kamu
sabar maka Allah akan selalu bersama kamu,kamu yang sabar, ia Nduk?”
“Iya bi, Ayla akan
sabar.” Suasana di ruang tengahpun menjadi hening.Masa penginapan Ayla di
kediaman paman dan bibinya diperpanjang dan masa liburannya pun juga
diperpanjang.Sengaja bibi dan paman Ayla memamitkan Ayla pada pengurus
pondoknya agar Ayla diberi surat dispen karena kedua orang tuanya belum bisa
pulang. Hari-haripun dirasakan Ayla semakin tidak berwarna. Namun senyum yang
terukir di bibir kedua adiknya memaksakan Ayla memasang senyum palsu,walaupun lama
kelamaan senyum itu benar-benar timbul dari hati Ayla yang paling dalam.
“Ayla! Kamu besok ada
acara nggak?” tanya Fira pada Ayla yang waktu itu mereka lagi sibuk membereskan
kamar.
“Enggak,
Fir.Memangnya kenapa?”
“Hemmm…! Kamu mau nggak
ikut Aku ke pengajian Ar-rohmah?”
“Dimana?”
“Mau apa nggak? Jawab
dulu donk!” goda Fira pada Ayla sambil melemparkan boneka teddybear ke wajah Ayla.
“Iya,
Aku mau.Tapi dimana?”
“Di Madrasah An-Naim,
dekat toko yang kemarin kita belanja peralatan mandi kamu.” Ayla pun mengiyakan
tawaran Fira.Mereka sepakat akan berangkat bersama keesokan harinya. Namun Ayla
masih bingung dengan pakaian yang akan dipakainya untuk menghadiri pengajiannya
tersebut karena dia bukanlah anggota dari pengajian itu.
“Tenang Ayla di situ
bajunya bebas kok, soalnya pengajiannya umum.Yang datang juga kebanyakan
santri, kayak kita-kita ini. Nanti kamu akan aku kenalin dengan Ustadz Gurril.”
goda Fira pada Ayla.
“Ihkamu!Apa-apaan
sich?”
“Gak apa-apa kok,
Ayla.Beliau itu figurmuda di sini, dan beliau pinter banget. setiap ada
pertanyaan yang berkaitan dengan agama dengan gampang beliau menjawabnya. Oh
iya,satu lagi,mungkin ini bonus dari Allah, dia tampan, tinggi, putih.”
Bayangan Ayla pun
ngawur kemana-mana, membayangkan sosok yang diceritakan sepupunya itu. Memang
Ayla belum kenal dengan ustad itu, namun dia sudah merasa kalau Ustadz Ghurril
adalah sosok laki-laki idamannya.
“Sosok yang sempurna!” ujarnya dalam
hati.
###
Pagi itu dirasa begitu
indah oleh Ayla, karena janji Fira kemarin akan mengajaknya ke sebuah
pengajian.
“Fir!
Sudah siap?”
“Sudah!”
sahut Ayla.
“Subhanallah…!” Dengan rasa kaget Fira memandang Ayla
dari ujung kerudung sampai ujung sandal.Bukan lagi ujung rambut dan ujung kaki
karena waktu itu Ayla memakai kerudung dan sandal.
“Ya Allah… Maha sempurna
Engkau yang menciptakan makhluk sempurna
seperti ini.”ujar Fira yang takjub melihat Ayla yang begitu cantik dengan
kerudung pink yang menutupi rambutnya
dan jubah warna putih yang dikombinasikan dengan warna pink di lengan dan di bawah gamisnya, yang kira-kira satu jari
telunjuk jika diukur menggunakan jari.
“Jadi
enggak berangkatnya?”tanya Ayla membuyarkan ketakjuban Fira.
“Iya,
iya jadi!”
Mereka pun berangkat
dengan menggunakan angkot.Maklum keluarga Fira bukan keluarga yang terlalu
fokus dengan materi. Namun kegigihan Abahdan
Uminyadari dulu yang ingin
menyebarkan Islam telah sampai pada titik puncaknya,hingga mereka membangun
tiga tempat ibadah sekaligus. Mobil dan kemewahan yang lain memang tidak ada di
kediaman Fira.
Di dalam angkot semua
mata memandang Ayla yang kala itu duduk di kursi kanan paling belakang.
“Ayla!
Semua orang memandangi kamu tuh!ujar Fira.
“Biarlah, wong mereka
punya HAM (Hak Asasi Melihat)!”jawab Ayla tanpa menyalahkan orang-orang yang
memandangnya.
Sesampainya di tempat
pengajian Fira langsung mengambil dua tempat duduk, satu untuk dirinya dan
satunya untuk Ayla yang diletakkan di sebelahnya. MC pun telah naik ke pentas. Ayla
dan Fira memperhatikan pembawa acaranya yaitu ukhti Syarifah, ketua umum majlis itu. di sana memang seluruh
pengisi acara mayoritas perempuan.Tapi untuk ceramah agama diisi oleh seorang ustadz yang mahir dalam hukum Islam.
Sampai sudah pada acara
yang ditunggu-tunggu, yaitu ceramah agama. Namun setelah dipanggil oleh MC,
ternyata bukan ustadz yang diharap Fira dan Ayla yang menaiki panggung acara.
“Mohon maaf yang
sebesar-besarnya karena Ustadz Ghurril pada pengajian kali ini tidak akan hadir
dikarenakan beliau ditugaskan ke pondok lain. Jadi, untuk saat ini dan beberapa
bulan yang akan datang beliau belum bisa hadir.”jelas Ustadz Khotib wakil dari Ustadz Ghurril sebelum beliau
berdakwah.
Acara demi acara waktu
itu berjalan dengan lancar karena pidato yang dibawa Ustadz Khotib sangat
menarik.Apalagi bagi kaum muda seperti Ayla dan Fira.Yang diuraikan dalam ceramahnya adalah penjelasan dari hadits
ketiga belas yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.Hadits itu menjelaskan
bahwa,“Tidak sempurna iman
seseorang di antara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri.”
Ayla pun merasa tidak
sia-sia datang ke pengajian tersebut karena banyak ilmu yang ia peroleh dari
pemaparan Ustadz itu.
“Tadi ceramah agamanya
bagus banget ya?”tanya Ayla pada Fira yang pada waktu itu sedang memasukkan
alat-alat tulisnya, setelah mencatat beberapa ayat yang dipaparkan oleh Ustadz
Khotib.
Fira hanya tersenyum
dengan pertanyaan yang dilontarkan Ayla,karena Fira sedikit kecewa dengan
tertundanya pertemuan Ustadz Ghurril. Namun Ayla tetap berusaha menghibur fira.
“Tenang saja Fira
laki-laki yang kamu sukai itu tidak akan berpaling dari kamu.” Mendengar
perkataan Ayla tadi,Fira tertawa tiada hentinya.
“Ayla… Ayla…, kamu tuh
lugu banget sich!Aku nge-fanssama
beliau itu bukan berarti Aku menyukainya.Justru Aku ingin kamu yang berjodoh
sama beliau.Hitung-hitung aku bangga juga punya sepupu kayak Ustadz Ghurril itupun kalau kamu mau?”
“Ih… apa-apaan sich
kamu?” ucap Ayla pada Fira walaupun Fira tahu kalau Ayla tidak bisa
menyembunyikan ekspresi raut wajahnya yang memerah tatkala nama Ustadz Ghurril
disebut oleh Fira.
Setelah lama berjalan
kaki merekapun sampai pada tempat angkot dan menaikinya hingga mengantarkan
Ayla dan Fira ke kediaman Fira.
Sesampainya di rumah
Ayla langsung mengambil buku diarenya yang bergambar catty. Buku itu adalah salah satu curahan hati Ayla.Ayla kerap kali
bercerita dengannya.
Dear my cat
Hari ini adalah hari bersejarah
bagi Ayla, Ayla bisa tahu beberapa hukum Islam dari pengajian tadi….,masih
ingat dengan sepupu Ayla? Itu loch cat, Fira yang terakhir Ayla tulis di pungngung
belakangmu, waktu edisi pertama kamu muncul.
Cat…!Tapi ada yang lebih berkesan
bagi Ayla, yaitu Ustadz Ghurril. Siapa dia dan seperti apa, rasanya… Hem! Ta’ perlu Ayla jelaskan di
punggung tengahmu ini.Cukup Ayla ajha yang tahu ya …?” Salam senyum manis Ayla
untukmu catty …!
By : Nayla As Sa’adah Ghurril
Kebahagian hati Ayla nampaknya
tidak bisa di tutup-tutupi lagi.Ekspresi wajah Ayla tidak bisa berbohong.
“Ayla! Kamu nulis apa?”tanya
Fira.
“Nggak, cuman nulis
hadist sama ayat tadi.”
“Bohong, iya?”goda Fira.
“Enggak, kok!’’
“Enggak, apa? Awas loch
…!”
“Enggak jujur
maksudnya, he!”
“Ayla!Aku tahu kalo
kamu itu lagi ngebayang-bayangin wajahUstadz Ghurril kan? ayo jawab!”ledek Fira.
“Gak tau, ah!” Ayla pun
lari dari kamar meninggalkan Fira yang waktu itu mengintrogasinya.
Malampun menjadi malam yang
indah bagi Ayla, sampai-sampai Ayla
memimpikan Ustadz Ghurril adalah sosok sempurnayang mendampinginya walaupun
dirinya belum mengetahui seperti apa dia. Hanya cerita dari Fira, Ayla sudah
mantap dengan Ustadz Ghurril.
Embun segar di udara
pagi menemani kebahagian hati Ayla dan keluarganya.Menyambut kedatangan Abah dan Uminya.Mobil pun melaju dengan kencang seakan-akan malaikat-malaikat
turut mengepakkan sayap menghantarkan mobil yang melaju untuk menjemput kedua
orang tua Ayla yang telah memenuhi kewajibannya.Merekapun bertemu dengan
perasaan yang sangat gembira. Kehangatan keluarga Ayla tergambar dalam pelukan Abah, Umi, Ayla dan adik-adiknya. Mobilpun melaju dengan cepat menuju kediaman
Ayla.
“Akhirnya… Ayla sampai
juga di rumah.” ucap Ayla sambil membuka pintu rumahnya.
“Ayla!Besok
pagi-pagi kamu siap-siap ya!” ujar AbahAyla.
“Memangnya
kenapa Abah?”
“Besok
ada paman Hadi dan bibi Nur.” jawab UmiAyla.
“Beliau-beliau
itu siapa, Umi?”
“Mereka
itu Abah dan Uminya Izal.”
“Izal…?” Pikiran Ayla
mulai menuju pada suatu peristiwa tatkala Abahdan
Umimenjenguk Ayla pada waktu Ayla
berada di pondok.
“KakIzalyang
pernah ikut Abahdan Umiitu?”
“Iya,
benar Ayla. Untuk meminang kamu!” jawab Abah Aylasambil tersenyum.
“Ya Allah…! Benarkah begitu…?”
Gumam Ayla sambil mengkerutkan dahinya. matanya disipitkan dan bibir bawahnya
dia gigit dengan sangat keras menandakan keadaan hatinya.
“Abahcuma
bergurau kok, Ayla.”sahut Umidari
dalam dapur.
“Uh…!Untung…!”jawab
Ayla sambil mengusap keringat di dahinya.
Malampun berganti pagi.
di rumah Ayla semua sudah dipersiapkan untuk menyambut paman dan bibi.
“Assalamualaiku”.
sapa orang dari luar rumah.
“Waalaikum
salam.” jawab Abahsambil membukakan
pintu untuk orang itu.
“Ahlan wa sahlan ya akhi “
“Ahlanbik.” jawab Abahpada orang itu.
“Silahkan duduk!”
Abahpun mempersilahkan duduk tamu-tamunya.Terdengar dari luar kamar, Umimulai memanggil-manggil Ayla.
“Ayla!Ada
Bibi dan Paman mu!”
“Iya,Umi! jawab Ayla. Ayla pun melaju ke
ruang tamu.Ternyata bukan cumaPaman dan Bibi saja yang bertamu, tapi Kak Izal
juga ikut. Ayla pun dipersilahkan duduk oleh Abahdan Uminya, setelah
member salam pada paman dan bibinya serta pada Kak Izal yang kala itu memakai
baju takwa bewarna coklat dengan kombinasi kopi susu di lengannya.
“Gimana
kabarnya Ayla?” tanya Bibi sambil melemparkan senyumnya pada Ayla.
“Alhamdulilah
baik,Bik!”
“Gimana
kamu siap?”tanyanya lagi pada Ayla. Aylapun mengerutkan keningnya.
“Ayla… sebetulnya
kedatangan Paman dan Bibi ke sini itu karena diundang Abahmuuntuk membicarakan
pertunangan kamu.”jelas Bibi Nur pada Ayla.
Petir
serasa menghambar Ayla. jantungnyapun berdetak seperti pompa air bekerja.“ya,
Allah …!Inilah garis tangan Mu?” ujar Ayla dalam hati.
“Mengapa
ini terjadi?”
“Kalau dalam bahasa
kuno, seorang gadis jika dipinang tapi dia malah diam, itu berarti tandanya mau. Benar begitu Ayla?”tanya Paman
Hadi pada Ayla.Namun tak sedikitpun Ayla mengangkat wajahnya.Air matanyapun tak
dapat dibendung lagi.
“Ya Allah… kenapa....
kenapa!Salahkah jika Ayla membangkang?”Dalam benak Ayla, beribu pertanyaan yang
terlontar.Dan jika Ayla membangkang perintah Abahberarti Ayla bukanlah seorang putri yang patuh pada Abahdan Uminya.
“Bagaimana,Ayla?” tanya
Abah Ayla dengan penuh kecemasan. Khawatir jawaban Ayla berbeda dengan
harapannya.
“bismillahirrohmanirrohim.” Kata demi kata basmalah mulai terucap
dalam bibirnya. Namun…, deg! Hatinya teringat pada sosok UstadzGhurril yang tempo
hari dibayangannya mendampinginya itu.
“Ayla! Ayo nak jawab!
Umi yakin kamu akanbahagia jika kamu menuruti perintah Abahmu.” bisik Umi kepada Ayla.
“Berikan
Ayla waktu Abah, Umi!”
“Ayla! Maafkan kami,
Nak! Tapi calon suami kamu akan segera memenuhi tugasnya.Jadi kamu tidak mau
kamu harus jawab sekarang!” Suasana di ruang tamu itu yang tadinya ramai dengan
canda tawa kini berubah menjadi hening, karena menanti jawaban dari Ayla yang
penuh dengan kecemasan.
“Bismillahirrohmanirrohim.” Dengan pelan Ayla menyatakannya,“Ayla
siap!” Rasanya urat-urat nadi Ayla terputus.Darahnya kembali mengalir bak
seperti air terjun yang jatuh ke bawah. Panas
dingin dirasa oleh Ayla bergantian datang.
“Ya
Allah!Inilah garis hidup cuntaku?”ujarnya lagi dalam hati.
“Ya
sudah! kita tentukan saja pernikahan ini.”ucap AbahAyla.
“Bagaimana kalau minggu
depan?”. tawar Izal yang dari tadi diam menunggu keputusan Ayla.
“Betul itu Izal.” Jawab
UmiIzal.Pernikahanpun disepakati
minggu depan.Itu artinya Ayla harus bersiap-siap membina keluarga baru,
walaupun dirinya tidak begitu menginginkan hal itu terjadi. Lamunannya pun
kembali ke masa lalu, masa yang pernah di alaminya termasuk orang-orang yang
pernah dekat dengannya. “Ustadz. Ghurril.”Nama itu yang selalu ada dalam benak
Ayla.Harapannya pun pupus.Tak ada Ustadz Ghurril. Tak ada lagi nama laki-laki
dalam dirinya.Yang ada di dirinya akan memfokuskan fikirannya pada calon
suaminya,karena ’’Addun ya mata’wa khoiru
mata iha al mar atussholehah.”
Detik-detik pernikahan
Ayla telah di depan mata, tinggal menghitung jam.Namun kesempatan itu tidak dibuang
percuma oleh Ayla.Satu persatu Ayla menghubungi teman-temannya termasuk teman
dekatnya Fitri dan Indah yang diharapkannya datang dalam acara sakeral
itu.Tak terkecuali sepupunya Fira yang
memang menjadi undangan wajib dalam acara itu.
Pernikahan Aylapun digelar dengan
megah. Syair-syair, kidung-kidung, pujian dan sholawat terdengar nyaring di
rumah Ayla. Para tamu berdatangan mulai dari sebelum acara dimulai sampai pada hari
H. Keadaan yang ramai itu nampaknya tidak bisa merubah perasaan kacau hati
Ayla.Di dalam kamar Ayla sedang dimakeup
oleh dua orang pemakeup.
“Neng Ayla… jangan
selalu menangis, makeupnya dari tadi
luntur neng.”Ujar pemakeupitu. Hanya
tangisan yang jadi jawaban atas semua pertanyaan yang dilontarkan pada Ayla.
“Ayla… kamu sudah siap?
Pengantin putranya sudah tiba,Nak!”ujar Umipada
Ayla.
Aylapun melangkahkan
kakinya, sedikit demi sedikit, mengharap Allah akan mengubah takdirnya.Namun jika
tidak, maka Ayla yakin takdir Tuhan akan indah pada waktunya.
Dua kursi yang berdekor
telah siap untuk menopang kedua pengantin yang akan hidup bersama. Ayla
menduduki kursi itu.Sedangkan kursi di sebelahnya nampaknya belum terisi.
Puluhan pasang mata memandangnya, bahkan ada pula yang mengabadikan dirinya.Namun
banyak yang kecewa karena tak sedikitpun Ayla mengangkat wajahnya.
“Ayla!Angkatlah wajahmu!”pinta
salah satu kerabat Ayla kala itu.Namun tidak diendahkan oleh Ayla. Ayla tetap
menunduk sambil menunggu calon suaminya datang.
“Ya Allah! UstadzAgil…!teriak
Fitri yang duduk di samping Ayla. Ayla tidak merespon atas apa yang diucap
Fitri karena banginya mungkin UstadzAgil adalah salah satu tamu yang diundang
abahnya.
“Ini kan,UstadzGhurril?”
ucapkan Fira sambil menunjuk pada UstadzGhurril.Kali ini Ayla benar-benar
mengangkat wajahnya karena mendengar nama itu. Tapi… kenapa UstadzAgil
menghampirinya?Bukankah yang ia tunggu kak Izal? Dan kenapa pula kak Izal
berada di luar dan sibuk melayani tamu-tamu? Pakaiannyapun bukan jas ataupun
bukan baju pengantin?
“Ayla … ini Ustadz
Ghurril!ucap Fira sambil mengepuk-ngepuk pundak Ayla.
Kebingungan di otak Ayla
mulai nampak mengisi ruang-ruang di kepalanya. Ustadz Ghurril atau Ustadz Agil?
Yang akan menghampirinya dengan pakain rapi, bak sesosok pengantin pria yang
menghampiri pengantin wanita. “Mungkinkah???” Ah, rasanya dunia ini penuh
dengan teka-teki yang sulit ditebak. Karena yang dikenal Ayla Ustadz Agil tapi
ternyata dia adalah Ustadz Ghurril.
“Kenapa harus sekarang
Ustadzini hadir? Dan kenapa pula UstadzGhurril itu adalah ustadz Agil guruku?”
Benak Ayla serasa sesak mengingatnya.
“Ayla…!Calon
istriku.” sapa sang Ustadz.
“Oh tidak…!Tidak mungkin
Ustadz Ghurrilakan menghancurkan pernikahanku dan menjadi orang ketiga dalam
pernikahan ini? batinnya.
“Ayla … Aku calon suami
kamu.Aku adalah putra pertama Abah
Hadi dan UmiNur, dan Aku juga
kakaknya Izal.Maafkan Aku karena kemarin tidak ikut Abah, Umidan Izal ketika
meminangmu.Sebetulnya sudah lama Aku merasa bahwa kamu adalah orang pilihan
Allah untukku.Makanya aku yakin untuk meminangmu.”jelas UstadzGhurril panjang
lebar kepada Ayla. Ucapan sang Ustadz ternyata semakin membuat Ayla bingung.
Melihat raut wajah Ayla yang kebingungan, akhirnya Izal datang memberikan
penjelasan pada Ayla. Bahwa Ustadz AGIL adalah Ustadz Ghurril yang memiliki
nama lengkap Qoidul Ghurril Muhajjil. Sedangkan nama Agil itu adalah nama
panggilan sahabat-sahabatnya yang diambil dari nama Muhajjil. Adapun Ghurril
adalah nama panggilan keluarga.
“Jadi…!
kata Ayla.
“Ayla, istriku! Akulah jawaban dari seluruh teka
teki cintamu Itu! Jelas Ustadz Ghurril dengan senyuman manisnya.
’’Dan mulai sekarang kamu jangan panggil Aku Ustadz Ghurril
atau ustad Agil,tapi panggil Aku dengan julukan kak Qoid’!” Aylapun melemparkan
senyum kepada sang Ustadz dan mengingat sebuah perjuangan cinta Qois dan Laila
yang hampir sama dengan nama dirinya yaitu Qoid dan Ayla.
Bumi Pesantren,06-Mei-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar