Laman

Senin, 06 Mei 2013

Cerpen



MUFRODATUL HAYAT

Oleh:Robiatul Adawiyah

Kumandang suara adzan mulai menyapa di telinga, pertanda bahwa kaum muslimin akan melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah di Firmankan sang Khalik “Wa makhalaktul Jinnah wal insa illa liyak budhun.’’ Tak terkecuali keluarga agamis KH. Zainal Mu’in. Kini penghuni-penghuni di lembaga itu atau yang disebut  komunitas sarungan di Pondok Pesantren Al-Irsyadmenyibukkan diri untuk mempersiapkan dirinya beribadah kepada Allah.Baik santri putra maupun putri.Tidak terkecuali pula putri pertama keluarga Kiyai Zainal, Nayla As Sa’adah Aviva. Neng cantik dan sholehah ini adalah figur yang lemah lembut kepada santri dan kedua adiknya Abdullah Muhammad  dan Innayatul Wahdaniyah.Sifat baik dan anggun tersebut dicontohnya dari Uminya Ny. Hj. Fitri Aviva. Selain sifat itu ternyata Ayla juga memiliki sifat selayaknya seorang pelajar  yang memang patut untuk dicontoh bagi santri-santrinya. Setiap tahun Ayla selalu menjadi pelajar unggul, walaupun di lembaganya sendiri, Dia tidak pernah  malas belajar,hingga suatu ketika…
“Ayla!” panggil Abahnya.
“Abah rasa, sudah tiba saatnya kamu menjadi seorang pejuang ilmu.Abah ingin kamu menimba ilmu bukan di sini saja, tetapi Abah ingin memondokkanmu di Jawa. di sana pondok Salafiyah. Abah ingin kamu lebih memahami hukum-hukum Islam.’’Mendengar penjelasan Abahnya,Ayla pun meneteskan air matanya.
“Kamu tidak usah sedih Ayla! Umi dan Abah akan sering jenguk kamu. Bagi kami jarak dari sini dan Jawa itu tidaklah jauh.” ujar Umi pada Ayla, berusaha untuk menenangkan dan meyakinkan Ayla bahwa walaupun kedua orang tuanya jauh, tapi mereka tidak akan melupakannya.Mau tidak mau Ayla pun harus meng iyakan perintah kedua orang tuanya, karena sabda Nabi, “Ridhollah wa ridho wali dain.” hadist itulah yang selalu diamalkan oleh Ayla.
###
Embun pagi sudah menyatu dengan dedaunan di halaman rumah.Janji dan kesiapan Ayla kepada Abahdan Umikini sudah tiba.
“Tok …  Tok … Tok…!” suara ketokan pintu terdengar dari luar kamar Ayla.
“Neng Ayla! suara itu adalah suara salah satu santri putri yang diutus AbahAyla untuk membantu Ayla atau yang kerap kali disebut kabulehdalam istilah Maduranya.
Neng, tadi saya diutus Pak kiai, untuk menanyakan padaNeng, Nengsudah siap apa belum?jelas santri itu dengan nada pelan karena dia sedang berhadapan dengan putri kiainya.
“Iya, Ayla sudah siap’’. jawab Ayla sambil mengusap kedua air matanya.
Dalam perjalanan UmiAyla diam seribu bahasa, merenenungi bagaimana keadaan Putri sulungnya ketika jauh dari dekapannya itu.
“Umi kenapa?” tanya Ayla sambil memegang kedua tangan Uminya itu.
“Umi jangan sedih, Ayla senang kok.Abahdan Umimemondokkan Ayla, karena Ayla tahu di zaman sekarang banyak pemuda-pemudi dan orang tuanya di sana yang tidak terlalu peduli dengan ajaran agama.Jadi Ayla bersyukur memiliki kedua orang tua seperti Abahdan Umi.”
6 jam sudah dilalui dalam mobil oleh keluarga Ayla. Tempat  yang ditujupun sudah sampai. Umimemasrahkan Ayla pada guru barunya.Namun sebelum Abahdan Uminya berlalu,Abahnyamemberi pesan yang terakhir sebelum beliau pergi meninggalkan Ayla yang sedang dalam pencarian ilmu, beliau berkata “Man jadda wa jadda!”
#s###
Ayla pun sudah siap dengan barang-barang yang dibawa dari rumahnya menemaninya dalam mengenyam manisnya ilmu.Sambil berjalan menuju asrama yang akan ditempatinya Ayla diberi pengarahan terlebih dahulu oleh ustadzah di pondok Al Miftah salafiyah tersebut.
Ukhti Ayla!hadzama’hadukijadidan, wayajibuilayyailtizamunnidhomfihunalianailtizamunnidhomiasasunnajah, fahmtu Ayla?” (saudaraku Ayla ini adalah pondok barumu dan kamu wajib menaati peraturan di sini karena menaati peraturan merupakan kunci kesuksesan, faham kamu Ayla?) jelas ustdzah tersebut.
            Ai huwa ya ustdzah.” (ya saya paham ustdzah).
Wa ha dza ghurfatuki.”  (dan ini kamar kamu).
Syukron ya ustdzah.”
Afwan ya Ayla’’ .ustadzah itu berlalu meninggalkan Ayla. Ayla pun melepas tas dari gemgamannya, kemudian satu persatu santri-santri di kamar tersebut menghampirinya sambil menginterview Ayla.
Ya ukhti … mas muki?” tanya salah satu santri di kamar tersebut.
Ismi Nayla As Sa’ad”h Aviva.” semua mata saling memandang takjub akan nama Ayla,dan salah satu dari mereka ada yang memperkenalkan namanya pada Ayla, yang kemudian dia menjadi tema akrab Ayla.
“Safitri Ainiyah.” dia biasa dipanggil Ayla dengan julukan Fitri. Teman baru Ayla sungguh sangat banyak namun Fitri adalah satu-satunya teman akrab Ayla.
Ayla pun mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya,hingga suatu ketika Fitri mulai mengenalkan Ayla dengan teman-temannya yang lain, yang biasa disapa Ayla “Aisyah” dan “Indah”,merekapun selalu bersama Ayla.

            Tiba saatnya liburan sekolah madrasah baik Tsanawiyah maupun Aliyah. Ayla yang pada waktu itu menginjak Madrasah Aliyah merasakan nuansa liburannya berkesan karena liburan Madrasah Aliyah waktu itu ditugaskan mencari tumbuh-tumbuhan di sekitar pondok dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab. Sungguh ini menjadi sebuah pengalaman bagi Ayla. Di tengah-tengah keasyikannya bersama teman-teman yang sedang menjalani tugas. Ayla tiba-tiba dipanggil oleh pengurus pondok.
“Ayla!anti dapat kiriman, di pos pengiriman, Umidan Abahanti menunggu dari tadi.”
Na’am ya ustdzah !Syukron ala khobaruki !”
“afwan!”
Sesampainya di pos pengiriman Ayla sempat bingung karena di tengah-tengah Abahdan Uminya ada sesosok laki-laki tampan berkopiah lengkap dengan surban bewarna hijau yang digantungkan di lehernya,rasa penasaran Aylapun memuncak dan diapun menanyakan laki-laki itu kepada Uminya.
“Ini adalah Izal keponakan jauhnyaAbah Ayla.” jelas Umipada Ayla.            
Belum sempat berbicarabanyak,Abahdan Umi Ayla terburu-buru untuk menghadiri undangan pengajian.
“Ya, sudah Ayla yang penting kamu baik-baik saja.Umidan Abah pulang dulu. jelas Umi.
“Jaga diri dan selamat belajar dik.” pesan laki-laki yang baru dikenalnya itu, yang akrab disapa Izal.
###
Matahari telah menampakkan sinarnya dengan lembut. Aktivitaspun dimulai seperti biasanya. Ayla dan teman-temannya bersiap-siap menuju musolla Al-Hasibi tempat seluruh santri putrimenghafalkan bait demi bait Al-Quran dan bermuhadasah bersama santri lain sebelum tiba waktunya menempuh pelajaran kurikulum. Di musolla itu Ayla benar-benar merasa terlahir kembali setelah ayat demi ayat dan ucapan bahasa bernuansa arab itu di dengarnya.
Ukhti Ayla!Li ma dza anti masrurun? (kenapa kamu senang?). tanya Ustdzah Ifadatun Nabila atau yang biasa dipanggil santri yaitu Ustadzah Nabila.
Li anny ana murtahah jiddan fihuna, ya Ustdzah.” (karena saya kerasan sekali di sini wahai ustadzah). Pengajian pun selesai dan ditutup dengan pembacaan hamdalah oleh setiap santri.Tiba saatnya Ayla bersiap-siap untuk menginjakkan kakinya di Madrasah Aliyah.
“Ayla … tugas kamu dari Ustad Agil sudah selesai?” tanya Indah sahabat Ayla.
“Belum, Dah.Soalnya Ayla kemarin sakit, jadi Ayla tidak masuk dan Ayla tidak tahu siapa itu Ustad Agil?”
“Oh … jadi kamu belum kenal beliau?”
“iya.”jawab Aylasambil meletakkan seluruh buku dan kitab yang akan dikajinya ke dalam tas Ayla.
“Nanti juga kamu tahu.”bisik Enda, salah satu  teman Ayla yang sangat senang dengan ustad tersebut.
“Eh Ayla!Nanti pelajaran Tafsir yang mengajar ustad baru loch! Lagi-lagi telinga Ayla penuh dengan nama Ustad Agil, Agil dan Agil. Selang beberapa menit kemudian.
Ustad Agil atau cowok yang jadi bahan pembicaraan itu datang dengan pakaian baju merah hati kopiah warna hitam dan celana hitam pula. Nampaknya membuat seluruh santri terkesima, tak terkecuali Ayla yang kala itu datang terlambat karena kebiasaan buruknya yang sering ke kamar mandi.
“Assalamualaikum!”ucap Ayla dengan gugup.
“Waalaikum salam. Anda siapa? Murid di kelas ini tah? Kenapa anda telat?”
Panjang lebar Ayla menjelaskan pada Ustad Agil, sambil melirik sedikit wajah ustad itu,kebiasaan buruk murid ketika melihat guru yang tampan.
Urusan dengan Ayla yang telat pun selesai.Kini Ustadz memulai pelajaran dan menyuruh seluruh murid untuk mengumpulkan tugasnya. Setelah dicocokkan antara banyaknya siswi dan tugas ternyata ada satu siswi yang belum mnegumpulkan tugas. Lagi-lagi Ayla.Namun entah mengapa Ustadz Agil tidak menghukum Ayla walaupun sudah dua kali Ayla melanggar prosedur belajarnya.Ayla pun maju dan menjelaskan ketidak patuhannya mengumpulkan tugas.
            Bel tanda pulang pun berbunyi, itu artinya aktifitas hari itu selesai sudah.Seperti biasa sebelum menutup segala sesuatu di anjurkan untuk membaca hamdalah.
Ustadpun mempersilahkan seluruh siswinya untuk keluar terlebih dahulu,karena beliau masih membereskan kitab-kitab yang ada di mejanya. Seluruh siswi berebutan untuk segera pulang karena bel ngaji kitab sudah terdengar. Tak terkecuali Ayla yang kala itu di pertengahan jalan harus kembali karena kitabnya tertinggal di ruang kelas tadi.
“Kamu mencari kitab ini?” tanya seorang laki-laki di belakang Ayla,yang tak lain adalah Ustadz Agil.
“Iya Ustadz, ini kitabnya saya. Terimakasih Ustadz.” Dengan raut wajah maluAyla segera berlalu dari tempat itu karena dia merasa bukan saatnya dia membaca kitabQurrotulUyun, kitab yang mengkaji tentang tata cara seseorang berumah tangga dan ketaan seorang istri kepada suami. Ustadz Agilpun hanya melemparkan senyum ketika Ayla berlalu dari tempatnya. 
###
Liburan pondokpun telah tiba. Persiapan seluruh santri sudah jauh-jauh hari sebelum liburan. Tak terkecuali Ayla,karena walaupun liburannya kali ini tidak dikediamannya di Pamekasan, Umidan AbahAyla berangkat memenuhi kewajibannya melaksanakan rukun Islam yang ke lima. Sedangkan adik-adiknya dititipkan di rumah pamannya di Surabaya. Jadi, liburan Ayla kali mau tidak mau harus dijalaninya di Surabaya.Karena walaupun Ayla mempunyai pondok sendiri, seluruh santrinya pulang menikmati liburan.Jadi kalau Ayla tetap memaksakan diri berlibur di rumahnya, berarti ia harus siap sendiri. Untuk itu sang Paman R. Thohirbersenang hati menerima ketiga keponakannya itu.
 “Ayla!sudah bangun kamu Nduk?”tanya Bibi Aini.Dia adalah istri dari paman Thohir.
“Iya, bi.Setelah sholat Subuh Ayla tidur lagi soalnya capek waktu perjalan kemain. Adik Ab danadik Ina di mana bi?”
“Mereka sedangmengaji bersama Fira di musholla sebelah barat.” ujar Bibi menjelaskan pada Ayla.Di kediaman Paman dan Bibi Ayla memang tidak ada pondoknya.Namun disitu aktif setiap hari orang berduyon-duyon datang untuk belajar mengaji.Di sana terdapat masjid khusus pelajar putra dan dua musholla.Musholla barat untuk pelajar yang belum tamyiz dan untuk musholla timur di bangun untuk pelajar yang sudah fasih dalam pembacaan Al-Qur’an.
“Assalamualaikum, ya ukhtial-jamilah.”
“Walaikumsalam, ukhti kamilah. Giman punya kabar?” tanya Ayla kepada Fira yang memiliki nama lengkap Siti Maghfiroh. Tapi dia tidak suka jika dipanggil Magfiroh karena kebiasaannya menonton sinetron dan gosip jadi dia merubah nama julukan menjadi Fira.
“Alhamdulillah baik-baik, la!” Perbincangan merekapun berjalan dengan penuh kegembiraan raut wajah Ayla kini kembali ceria, seperti raut wajah masa kanak-kanak Ayla dulu. Ayla dan Fira terbawa suasana yang tadinya agak sedikit kalem, kini Ayla mulai membuka lagi.Ketertutupan dirinya, Fira tahu betul siapa sepupunya ini. Fira yakin betul kalau Ayla adalah gadis yang tidak suka menutup-nutupi masalahnya sendiri,Makanya Fira sengaja memulai perbincangan tentang cinta kepada Ayla, agar Ayla terpancing dan mau bercerita sedikit tentang dirinya sekarang kepada sepupunya itu.
“Ayla!’’
“Iya, ada pa Fira?”
“Aku bubaran lagi sama teman dekatku.”ujar Fira sambil memanyunkan bibirnya yang merah.Dari dulu Fira memang tidak mengistilahkan lelaki jika sedang dekat dengannya itu adalah pacar karena baginya pacaran itu adalah istilah yang sangat bertolak belakang dengan dirinya.
“Teman dekat kamu yang mana?”tanya Ayla bingung.
“Itu loch, yang tahfidz!”
“Oh… itu! Kalau yang Ustadz sebelah rumah kamu sudah bubar juga?”
“Sudah dari dulu kalau itu, La. Bahkan sebelum yang ini Aku sudah ganti dua kali,soalnya mereka kurang mengetahui hukum-hukum yang berbau Islam.”
“Oh…!” jawab Ayla. Ayla tidak heran dengan sepupunya yang satu ini walaupun dia mempunyai banyak teman lelaki.Tapi setahu Ayla dari dulu sampai sekarang Fira tidak pernah janjian dengan teman-teman akrabnya. Alur kehidupan Fira memang sulit di tebak, walaupun Dia banyak memiliki teman akrab.Sesungguhnya tujuannya hanya ingin menambah pengetahuan dengan berdiskusi dengan temannya itu tentang agama melalui alat komunikasi.
“Kamu sendiribagaimana,La? Sudah punya teman dekat apa belum?”tanya Fira.
“Belum, Fir.Emangnya ada yang mau dengan Aku?”tanya Ayla pada Fira.Belum sempat menjawab tiba-tiba Ab dan Ina  menghampiri Ayla dan Fira.
“Mba’…kapan Abahdan Umi pulang dari Mekah?”tanya si Bungsu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Iya… Ab juga kangen Abahdan Umi, pengen belajar mengaji lagi sama Umi.” tambah Ab dengan ekspresi wajahnya yang ngegemesin itu.
“Iya adik-adikku, nanti juga Abahdan Umipulang, dan mereka membawa mainan banyak banget.” ujar Ayla kepada kedua adiknya itu.Senyum di kedua bibir adik-adiknya mulai nampak.Ayla pun juga tersenyum melihat adiknya tersenyum.Mereka berdua pun pergi dari hadapan Ayla dan Fira menuju ke tempatnya yang tadi dengan tujuan memberi tahu kabar bahagia itu kepada teman-teman barunya.
“Ayla, Fira !” panggil Paman dari rumah tepatnya ruang tengah.
“Iya Paman. Iya Abah.”  sahut Ayla dan Fira secara bersamaan.
“Ayla … Paman harap kamu betah di sini.Soalnya Abahdan Umi kamu tadi menelpon, katanya mereka belum bisa pulang cepat soalnya di Mekkah terjadi kesalahan dalam pesawat yang akan ditumpangi Abahdan Umi kamu.Jadi mungkin mereka masih agak sedikit lama, dan kamu harus bisa menghibur adik-adik kamu dulu.”jelas Paman Thohir panjang lebar pada Ayla.
“Iya, Paman. Ayla akan ikuti perintah paman.” Di ruang tengah itupun air mata Ayla secara spontan meneteskan,mengingat Abahdan Uminyadan kerinduannya kepada orang tuanya itu.
“Ayla…kamu jangan sedih, Paman juga Bibi pasti akan baik-baik saja kok di sana. Mereka tidak akan apa-apa,  cuman kesalahan pesawatnya saja.” hibur Fira sepupunya itu.
“Benar itu Ayla, lebih baik kamu doakan saja Abahdan Umikamu supaya mereka tenang di Mekkah dan kamu harus ingat bahwa Innallaha ma as shobirin, kalau kamu sabar maka Allah akan selalu bersama kamu,kamu yang sabar, ia Nduk?”
“Iya bi, Ayla akan sabar.” Suasana di ruang tengahpun menjadi hening.Masa penginapan Ayla di kediaman paman dan bibinya diperpanjang dan masa liburannya pun juga diperpanjang.Sengaja bibi dan paman Ayla memamitkan Ayla pada pengurus pondoknya agar Ayla diberi surat dispen karena kedua orang tuanya belum bisa pulang. Hari-haripun dirasakan Ayla semakin tidak berwarna. Namun senyum yang terukir di bibir kedua adiknya memaksakan Ayla memasang senyum palsu,walaupun lama kelamaan senyum itu benar-benar timbul dari hati Ayla yang paling dalam.
“Ayla! Kamu besok ada acara nggak?” tanya Fira pada Ayla yang waktu itu mereka lagi sibuk membereskan kamar.
“Enggak, Fir.Memangnya kenapa?”
“Hemmm…! Kamu mau nggak ikut Aku ke pengajian Ar-rohmah?”
“Dimana?”
“Mau apa nggak? Jawab dulu donk!” goda Fira pada Ayla sambil melemparkan boneka teddybear ke wajah Ayla.
“Iya, Aku mau.Tapi dimana?”
“Di Madrasah An-Naim, dekat toko yang kemarin kita belanja peralatan mandi kamu.” Ayla pun mengiyakan tawaran Fira.Mereka sepakat akan berangkat bersama keesokan harinya. Namun Ayla masih bingung dengan pakaian yang akan dipakainya untuk menghadiri pengajiannya tersebut karena dia bukanlah anggota dari pengajian itu.
“Tenang Ayla di situ bajunya bebas kok, soalnya pengajiannya umum.Yang datang juga kebanyakan santri, kayak kita-kita ini. Nanti kamu akan aku kenalin dengan Ustadz Gurril.” goda Fira pada Ayla.
“Ihkamu!Apa-apaan sich?”
“Gak apa-apa kok, Ayla.Beliau itu figurmuda di sini, dan beliau pinter banget. setiap ada pertanyaan yang berkaitan dengan agama dengan gampang beliau menjawabnya. Oh iya,satu lagi,mungkin ini bonus dari Allah, dia tampan, tinggi, putih.”
Bayangan Ayla pun ngawur kemana-mana, membayangkan sosok yang diceritakan sepupunya itu. Memang Ayla belum kenal dengan ustad itu, namun dia sudah merasa kalau Ustadz Ghurril adalah sosok laki-laki idamannya.
Sosok yang sempurna!” ujarnya dalam hati.
###
Pagi itu dirasa begitu indah oleh Ayla, karena janji Fira kemarin akan mengajaknya ke sebuah pengajian.
“Fir! Sudah siap?”
“Sudah!” sahut Ayla.
“Subhanallah…!” Dengan rasa kaget Fira memandang Ayla dari ujung kerudung sampai ujung sandal.Bukan lagi ujung rambut dan ujung kaki karena waktu itu Ayla memakai kerudung dan sandal.
“Ya Allah… Maha sempurna Engkau  yang menciptakan makhluk sempurna seperti ini.”ujar Fira yang takjub melihat Ayla yang begitu cantik dengan kerudung pink yang menutupi rambutnya dan jubah warna putih yang dikombinasikan dengan warna pink di lengan dan di bawah gamisnya, yang kira-kira satu jari telunjuk jika diukur menggunakan jari.
“Jadi enggak berangkatnya?”tanya Ayla membuyarkan ketakjuban Fira.
“Iya, iya jadi!”
Mereka pun berangkat dengan menggunakan angkot.Maklum keluarga Fira bukan keluarga yang terlalu fokus dengan materi. Namun kegigihan Abahdan Uminyadari dulu yang ingin menyebarkan Islam telah sampai pada titik puncaknya,hingga mereka membangun tiga tempat ibadah sekaligus. Mobil dan kemewahan yang lain memang tidak ada di kediaman Fira.
Di dalam angkot semua mata memandang Ayla yang kala itu duduk di kursi kanan paling belakang.
“Ayla! Semua orang memandangi kamu tuh!ujar Fira.
“Biarlah, wong mereka punya HAM (Hak Asasi Melihat)!”jawab Ayla tanpa menyalahkan orang-orang yang memandangnya.
Sesampainya di tempat pengajian Fira langsung mengambil dua tempat duduk, satu untuk dirinya dan satunya untuk Ayla yang diletakkan di sebelahnya. MC pun telah naik ke pentas. Ayla dan Fira memperhatikan pembawa acaranya yaitu ukhti Syarifah, ketua umum majlis itu. di sana memang seluruh pengisi acara mayoritas perempuan.Tapi untuk ceramah agama diisi oleh seorang  ustadz yang mahir dalam hukum Islam.
Sampai sudah pada acara yang ditunggu-tunggu, yaitu ceramah agama. Namun setelah dipanggil oleh MC, ternyata bukan ustadz yang diharap Fira dan Ayla yang menaiki panggung acara.
“Mohon maaf yang sebesar-besarnya karena Ustadz Ghurril pada pengajian kali ini tidak akan hadir dikarenakan beliau ditugaskan ke pondok lain. Jadi, untuk saat ini dan beberapa bulan yang akan datang beliau belum bisa hadir.”jelas Ustadz Khotib  wakil dari Ustadz Ghurril sebelum beliau berdakwah.
Acara demi acara waktu itu berjalan dengan lancar karena pidato yang dibawa Ustadz Khotib sangat menarik.Apalagi bagi kaum muda seperti Ayla dan Fira.Yang diuraikan  dalam ceramahnya adalah penjelasan dari hadits ketiga belas yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.Hadits itu menjelaskan bahwa,Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”
Ayla pun merasa tidak sia-sia datang ke pengajian tersebut karena banyak ilmu yang ia peroleh dari pemaparan Ustadz itu.
“Tadi ceramah agamanya bagus banget ya?”tanya Ayla pada Fira yang pada waktu itu sedang memasukkan alat-alat tulisnya, setelah mencatat beberapa ayat yang dipaparkan oleh Ustadz Khotib.
Fira hanya tersenyum dengan pertanyaan yang dilontarkan Ayla,karena Fira sedikit kecewa dengan tertundanya pertemuan Ustadz Ghurril. Namun Ayla tetap berusaha menghibur fira.
“Tenang saja Fira laki-laki yang kamu sukai itu tidak akan berpaling dari kamu.” Mendengar perkataan Ayla tadi,Fira tertawa tiada hentinya.
“Ayla… Ayla…, kamu tuh lugu banget sich!Aku nge-fanssama beliau itu bukan berarti Aku menyukainya.Justru Aku ingin kamu yang berjodoh sama beliau.Hitung-hitung aku bangga juga punya sepupu kayak Ustadz Ghurril  itupun kalau kamu mau?”
“Ih… apa-apaan sich kamu?” ucap Ayla pada Fira walaupun Fira tahu kalau Ayla tidak bisa menyembunyikan ekspresi raut wajahnya yang memerah tatkala nama Ustadz Ghurril disebut oleh Fira.
Setelah lama berjalan kaki merekapun sampai pada tempat angkot dan menaikinya hingga mengantarkan Ayla dan Fira ke kediaman Fira.
Sesampainya di rumah Ayla langsung mengambil buku diarenya yang bergambar catty. Buku itu adalah salah satu curahan hati Ayla.Ayla kerap kali bercerita dengannya.
Dear my cat
Hari ini adalah hari bersejarah bagi Ayla, Ayla bisa tahu beberapa hukum Islam dari pengajian tadi….,masih ingat dengan sepupu Ayla? Itu loch cat, Fira yang terakhir Ayla tulis di pungngung belakangmu, waktu edisi pertama kamu muncul.
Cat…!Tapi ada yang lebih berkesan bagi Ayla, yaitu Ustadz Ghurril. Siapa dia dan seperti apa,  rasanya… Hem! Ta’ perlu Ayla jelaskan di punggung tengahmu ini.Cukup Ayla ajha yang tahu ya …?” Salam senyum manis Ayla untukmu catty …!
By : Nayla As Sa’adah Ghurril
Kebahagian hati Ayla nampaknya tidak bisa di tutup-tutupi lagi.Ekspresi wajah Ayla tidak bisa berbohong.
“Ayla! Kamu nulis apa?”tanya Fira.
“Nggak, cuman nulis hadist sama ayat tadi.”
“Bohong, iya?”goda Fira.
“Enggak, kok!’’
“Enggak, apa? Awas loch …!”
“Enggak jujur maksudnya, he!”
“Ayla!Aku tahu kalo kamu itu lagi ngebayang-bayangin wajahUstadz Ghurril kan? ayo jawab!”ledek Fira.
“Gak tau, ah!” Ayla pun lari dari kamar meninggalkan Fira yang waktu itu mengintrogasinya.
Malampun menjadi malam yang indah  bagi Ayla, sampai-sampai Ayla memimpikan Ustadz Ghurril adalah sosok sempurnayang mendampinginya walaupun dirinya belum mengetahui seperti apa dia. Hanya cerita dari Fira, Ayla sudah mantap dengan Ustadz Ghurril.

Embun segar di udara pagi menemani kebahagian hati Ayla dan keluarganya.Menyambut kedatangan Abah dan Uminya.Mobil pun melaju dengan kencang seakan-akan malaikat-malaikat turut mengepakkan sayap menghantarkan mobil yang melaju untuk menjemput kedua orang tua Ayla yang telah memenuhi kewajibannya.Merekapun bertemu dengan perasaan yang sangat gembira. Kehangatan keluarga Ayla tergambar dalam pelukan Abah, Umi, Ayla dan adik-adiknya. Mobilpun melaju dengan cepat menuju kediaman  Ayla.
“Akhirnya… Ayla sampai juga di rumah.” ucap Ayla sambil membuka pintu rumahnya.
“Ayla!Besok pagi-pagi kamu siap-siap ya!” ujar AbahAyla.
“Memangnya kenapa Abah?”
“Besok ada paman Hadi dan bibi Nur.” jawab UmiAyla.
“Beliau-beliau itu siapa, Umi?”
“Mereka itu Abah dan Uminya Izal.”
“Izal…?” Pikiran Ayla mulai menuju pada suatu peristiwa tatkala Abahdan Umimenjenguk Ayla pada waktu Ayla berada di pondok.
“KakIzalyang pernah ikut Abahdan Umiitu?”
“Iya, benar Ayla. Untuk meminang kamu!” jawab Abah Aylasambil tersenyum.
“Ya Allah…! Benarkah begitu…?” Gumam Ayla sambil mengkerutkan dahinya. matanya disipitkan dan bibir bawahnya dia gigit dengan sangat keras menandakan keadaan hatinya.
“Abahcuma bergurau kok, Ayla.”sahut Umidari dalam dapur.
“Uh…!Untung…!”jawab Ayla sambil mengusap keringat di dahinya.
Malampun berganti pagi. di rumah Ayla semua sudah dipersiapkan untuk menyambut paman dan bibi.
“Assalamualaiku”. sapa orang dari luar rumah.
“Waalaikum salam.” jawab Abahsambil membukakan pintu untuk orang itu.
Ahlan wa sahlan ya akhi
Ahlanbik.” jawab Abahpada orang itu.
“Silahkan duduk!” Abahpun mempersilahkan duduk tamu-tamunya.Terdengar dari luar kamar, Umimulai memanggil-manggil Ayla.
“Ayla!Ada Bibi dan Paman mu!”
“Iya,Umi! jawab Ayla. Ayla pun melaju ke ruang tamu.Ternyata bukan cumaPaman dan Bibi saja yang bertamu, tapi Kak Izal juga ikut. Ayla pun dipersilahkan duduk oleh Abahdan Uminya, setelah member salam pada paman dan bibinya serta pada Kak Izal yang kala itu memakai baju takwa bewarna coklat dengan kombinasi kopi susu di lengannya.
“Gimana kabarnya Ayla?” tanya Bibi sambil melemparkan senyumnya pada Ayla.
“Alhamdulilah baik,Bik!”
“Gimana kamu siap?”tanyanya lagi pada Ayla. Aylapun mengerutkan keningnya.
“Ayla… sebetulnya kedatangan Paman dan Bibi ke sini itu karena diundang Abahmuuntuk membicarakan pertunangan kamu.”jelas Bibi Nur pada Ayla.
Petir serasa menghambar Ayla. jantungnyapun berdetak seperti pompa air bekerja.“ya, Allah …!Inilah garis tangan Mu?” ujar Ayla dalam hati.
“Mengapa ini terjadi?”
“Kalau dalam bahasa kuno, seorang gadis jika dipinang tapi dia malah diam, itu berarti  tandanya mau. Benar begitu Ayla?”tanya Paman Hadi pada Ayla.Namun tak sedikitpun Ayla mengangkat wajahnya.Air matanyapun tak dapat dibendung lagi.
“Ya Allah… kenapa.... kenapa!Salahkah jika Ayla membangkang?”Dalam benak Ayla, beribu pertanyaan yang terlontar.Dan jika Ayla membangkang perintah Abahberarti Ayla bukanlah seorang putri yang patuh pada Abahdan Uminya.
“Bagaimana,Ayla?” tanya Abah Ayla dengan penuh kecemasan. Khawatir jawaban Ayla berbeda dengan harapannya.
bismillahirrohmanirrohim.” Kata demi kata basmalah mulai terucap dalam bibirnya. Namun…, deg! Hatinya teringat pada sosok UstadzGhurril yang tempo hari dibayangannya mendampinginya itu.
“Ayla! Ayo nak jawab! Umi yakin kamu akanbahagia jika kamu menuruti perintah Abahmu.” bisik  Umi kepada Ayla.
“Berikan Ayla waktu Abah, Umi!”
“Ayla! Maafkan kami, Nak! Tapi calon suami kamu akan segera memenuhi tugasnya.Jadi kamu tidak mau kamu harus jawab sekarang!” Suasana di ruang tamu itu yang tadinya ramai dengan canda tawa kini berubah menjadi hening, karena menanti jawaban dari Ayla yang penuh dengan kecemasan.
Bismillahirrohmanirrohim.” Dengan pelan Ayla menyatakannya,“Ayla siap!” Rasanya urat-urat nadi Ayla terputus.Darahnya kembali mengalir bak seperti air terjun  yang jatuh ke bawah. Panas dingin dirasa oleh Ayla bergantian datang.
“Ya Allah!Inilah garis hidup cuntaku?”ujarnya lagi dalam hati.
“Ya sudah! kita tentukan saja pernikahan ini.”ucap AbahAyla.
“Bagaimana kalau minggu depan?”. tawar Izal yang dari tadi diam menunggu keputusan Ayla.
“Betul itu Izal.” Jawab UmiIzal.Pernikahanpun disepakati minggu depan.Itu artinya Ayla harus bersiap-siap membina keluarga baru, walaupun dirinya tidak begitu menginginkan hal itu terjadi. Lamunannya pun kembali ke masa lalu, masa yang pernah di alaminya termasuk orang-orang yang pernah dekat dengannya. “Ustadz. Ghurril.”Nama itu yang selalu ada dalam benak Ayla.Harapannya pun pupus.Tak ada Ustadz Ghurril. Tak ada lagi nama laki-laki dalam dirinya.Yang ada di dirinya akan memfokuskan fikirannya pada calon suaminya,karena ’’Addun ya mata’wa khoiru mata iha al mar atussholehah.”

Detik-detik pernikahan Ayla telah di depan mata, tinggal menghitung jam.Namun kesempatan itu tidak dibuang percuma oleh Ayla.Satu persatu Ayla menghubungi teman-temannya termasuk teman dekatnya  Fitri dan Indah  yang diharapkannya datang dalam acara sakeral itu.Tak terkecuali sepupunya  Fira yang memang menjadi undangan wajib dalam acara itu.
            Pernikahan Aylapun digelar dengan megah. Syair-syair, kidung-kidung, pujian dan sholawat terdengar nyaring di rumah Ayla. Para tamu berdatangan mulai dari sebelum acara dimulai sampai pada hari H. Keadaan yang ramai itu nampaknya tidak bisa merubah perasaan kacau hati Ayla.Di dalam kamar Ayla sedang dimakeup oleh dua orang pemakeup.
“Neng Ayla… jangan selalu menangis, makeupnya dari tadi luntur neng.”Ujar pemakeupitu. Hanya tangisan yang jadi jawaban atas semua pertanyaan yang dilontarkan pada Ayla.
“Ayla… kamu sudah siap? Pengantin putranya sudah tiba,Nak!”ujar Umipada Ayla.
Aylapun melangkahkan kakinya, sedikit demi sedikit, mengharap Allah akan mengubah takdirnya.Namun jika tidak, maka Ayla yakin takdir Tuhan akan indah pada waktunya.
Dua kursi yang berdekor telah siap untuk menopang kedua pengantin yang akan hidup bersama. Ayla menduduki kursi itu.Sedangkan kursi di sebelahnya nampaknya belum terisi. Puluhan pasang mata memandangnya, bahkan ada pula yang mengabadikan dirinya.Namun banyak yang kecewa karena tak sedikitpun Ayla mengangkat wajahnya.
“Ayla!Angkatlah wajahmu!”pinta salah satu kerabat Ayla kala itu.Namun tidak diendahkan oleh Ayla. Ayla tetap menunduk sambil menunggu calon suaminya datang.
“Ya Allah! UstadzAgil…!teriak Fitri yang duduk di samping Ayla. Ayla tidak merespon atas apa yang diucap Fitri karena banginya mungkin UstadzAgil adalah salah satu tamu yang diundang abahnya.
“Ini kan,UstadzGhurril?” ucapkan Fira sambil menunjuk pada UstadzGhurril.Kali ini Ayla benar-benar mengangkat wajahnya karena mendengar nama itu. Tapi… kenapa UstadzAgil menghampirinya?Bukankah yang ia tunggu kak Izal? Dan kenapa pula kak Izal berada di luar dan sibuk melayani tamu-tamu? Pakaiannyapun bukan jas ataupun bukan baju pengantin?
“Ayla … ini Ustadz Ghurril!ucap Fira sambil mengepuk-ngepuk pundak Ayla.
Kebingungan di otak Ayla mulai nampak mengisi ruang-ruang di kepalanya. Ustadz Ghurril atau Ustadz Agil? Yang akan menghampirinya dengan pakain rapi, bak sesosok pengantin pria yang menghampiri pengantin wanita. “Mungkinkah???” Ah, rasanya dunia ini penuh dengan teka-teki yang sulit ditebak. Karena yang dikenal Ayla Ustadz Agil tapi ternyata dia adalah Ustadz Ghurril.
“Kenapa harus sekarang Ustadzini hadir? Dan kenapa pula UstadzGhurril itu adalah ustadz Agil guruku?” Benak Ayla serasa sesak mengingatnya.
“Ayla…!Calon istriku.” sapa sang Ustadz.
“Oh tidak…!Tidak mungkin Ustadz Ghurrilakan menghancurkan pernikahanku dan menjadi orang ketiga dalam pernikahan ini? batinnya.
“Ayla … Aku calon suami kamu.Aku adalah putra pertama Abah Hadi dan UmiNur, dan Aku juga kakaknya Izal.Maafkan Aku karena kemarin tidak ikut Abah, Umidan Izal ketika meminangmu.Sebetulnya sudah lama Aku merasa bahwa kamu adalah orang pilihan Allah untukku.Makanya aku yakin untuk meminangmu.”jelas UstadzGhurril panjang lebar kepada Ayla. Ucapan sang Ustadz ternyata semakin membuat Ayla bingung. Melihat raut wajah Ayla yang kebingungan, akhirnya Izal datang memberikan penjelasan pada Ayla. Bahwa Ustadz AGIL adalah Ustadz Ghurril yang memiliki nama lengkap Qoidul Ghurril Muhajjil. Sedangkan nama Agil itu adalah nama panggilan sahabat-sahabatnya yang diambil dari nama Muhajjil. Adapun Ghurril adalah nama panggilan keluarga.
“Jadi…! kata Ayla.
“Ayla, istriku! Akulah jawaban dari seluruh teka teki cintamu Itu! Jelas Ustadz Ghurril dengan senyuman manisnya.
’’Dan mulai sekarang kamu jangan panggil Aku Ustadz Ghurril atau ustad Agil,tapi panggil Aku dengan julukan kak Qoid’!” Aylapun melemparkan senyum kepada sang Ustadz dan mengingat sebuah perjuangan cinta Qois dan Laila yang hampir sama dengan nama dirinya yaitu Qoid dan Ayla.

                                    Bumi Pesantren,06-Mei-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar