PESAN
PENDIDIKAN
MENGHILANGKAN
PARADIGMA NEGATIF TERHADAP WANITA
OLEH:
ACH. MUZAYYIN*
Perempuan
juga memiliki hak-hak dasar (fitrah) yang hampir sama dengan kaum lelaki.
Mereka juga makan, tidur, bekerja, mandi,
wajib belajar, mencari penghidupan dan
sebagainya. Tetapi, sejak dulu sampai sekarang para perempuan selalu merasa
termarjinalkan, karena pada kenyataannya perempuan secara fisik lebih lemah
dari pada lelaki, postur tubuh perempuan lebih kecil daripada lelaki, perempuan
mempunyai udzur sehingga ia tidak dapat shalat, puasa, membaca Al-Quran dan
sebagainya. Sedangkan lelaki tidak ada halangan untuk selalu mendekatkan diri
kepada Allah dengan mengerjakan shalat, puasa, membaca al-Quran dan sebagainya.
Diskrimanasi kepada wanita baik dalam ranah keluarga, masyarakat,
pendidikan, pekerjaan, dan politik selalu sering terjadi ketidak adilan. Wanita
dianggap makhluk yang memiliki kelemahan baik dari segi fisik maupun psikis,
peran dan fungsi wanita dibatasi daripada lelaki. Selama ini, wanita hanya dipreoritaskan pada 3 tempat yaitu, Kasur,
sumur dan dapur dan hal ini tetap melekat pada kepercayaan masyarakat Indonesia
khususnya Madura. Akhirnya, wanita terkungkung dan berada didalam ketidak
pastian.
Karena segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan itulah, kemudian lahir pejuang-pejuang yang mengangkat dan
memperjuangkan martabat dan fungsi wanita, seperti Rasulullah, Siti Khadijah
sang Ummul Mukminin yang menjadi saudagar kaya, Siti Aisyah yang menjadi
rujukan para sahabat setelah Rasulullah wafat untuk menanyakan persoalan agama
Islam, Asma’ binti Abu Bakar sang pejuang perempuan yang rela mempertaruhkan
harta dan nyawa hingga tua renta, begitu juga sufi wanita Rabi’ah al-Adawiyah
yang menjadi rujukan para sufi dunia, ratu Inggris Putri Diana yang menghormati
para wanita dan di Indonesia yang sangat terkenal ialah ibu Kartini yang
mengangkat dan menjunjung tinggi martabat wanita. Islam sebagai agama Rahmatal
lil Alamien yang dibawa oleh Rasulullah SAW, bukan hanya diperuntukkan
untuk kaum lelaki saja, tetapi juga untuk wanita. Dalam Islam, perbedaan dan
diskriminasi pada wanita tidaklah dibenarkan, karena Islam bukan memandang
lemah dan kuatnya, bodoh dan pintarnya, jelek dan tampannya, maupun miskin dan
kayanya. Dalam Islam yang diprioritaskan adalah kualitas dan kuantitas
takwanya kepada Allah SWT. (Al-Hujurat : 13). Jadi, Al-Quran
menolak pandangan-pandangan negatif terhadap perempuan, karena keduanya berasal
dari satu jenis yang sama dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan keturunannya
baik yang lelaki maupun yang perempuan.
Negara-negara di dunia tidak memandang sebelah mata
terhadap wanita, hal ini terbukti pada tahun 1999 di tetapkan Undang-Undang
tentang HAM yang isinya sangat menekankan upaya perlindungan dan
penguatan terhadap perempuan menuju kepada terwujudnya kondisi
kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh aspek kehidupan warga : sosial,
ekonomi, dan politik. Dan pada tahun 2000, presiden mengeluarkan
INPRES no. 9 tentang Gender Mainstreaming ( Pengaruh
utama Gender ) yang menekankan perlunya pengintegrasian
gender dalam seluruh tahap pembangunan nasional, mulai dari tahab perencanaan
sampai tahab evaluasi.
Hal ini menandakan bahwa peran dan fungsi wanita tidak
hanya sebatas sumur yang mencuci pakaian suami ataupun keluarga, bukan
hanya di kasur, dimana seorang wanita harus melayani suami dengan baik
walaupun dengan sangat terpaksa dan walapun tanpa mengenal waktu, situasi dan
kondisi. Juga bukan hanya sekadar di dapur memasak
makanan dan berbagai sajian enak untuk sang suami dan kelurganya. Lebih dari
itu, wanita berhak untuk terjun dalam dunia bisnis, ekonomi, politik, sosial
maupun dalam bidang keagamaan.
“Perempuan
adalah tiang Negara” begitu indah dan anggun sabda Nabi Muhammad ini,
perempuan bukan hanya terangkat martabat dan derajatnya, tetapi juga menjadi penentu dan tonggak tegak dan runtuhnya suatu
negara. Jika Indonesia memuliakan dan meninggikan para wanita maka
tidak ada lagi tempat lokalisasi yang
sekarang marak seperti Dolly di Surabaya yang
merupakan tempat lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Banyaknya pekerja sek komersial (PSK) yang
semakin membesar bagaikan bola salju, akhlak yang semakin tidak manusiawi.
Maka, kunci utama dan pertama ialah kesadaran semua unsur untuk tidak membiarkan
anak perempuan, saudara perempuan, kerabat atau istrinya terjerumus kedalam
kemaksiatan serta membimbing mereka untuk kembali kejalan benar yang sesuai
dengan tuntutan agama dan nilai-nilai pancasila.
Jadi,
pada dasarnya adalah tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan yang
penting mereka beriman dan bertakwa kepada Allah. Lelaki
dan perempuan diciptakan dari jenis yang satu atau sama, sehingga tidak ada
perbedaan sudut pandang antara yang satu dengan yang lainnya, baik dibidang
ekonomi, sosial, pendidikan, politik maupun pekerjaan. Perempuan juga bisa menjadi
seorang pemimpin atau penguasa dengan syarat, beriman kepada Allah, mereka menyuruh
untuk mengerjakan yang ma'ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, bertakwa kepada Allah SWT., dan
juga tidak ada seorang lelaki yang dianggap mampu untuk memimpin.
Maka, memuliakan wanita hukumnya adalah wajib dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia
berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama
kali?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’,
‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Kemudian siapa lagi,’ Nabi SAW menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’. Begitu
mulia dan terhormatnya kedudukan seorang ibu, bahkan menghormati ibu adalah
kewajiban pertama dan setelah itu baru seorang ayah.
Jadi, wanita harus aktif
jangan berlaku pasif, wanita jangan hanya menunggu tapi juga harus menentukan
dan ikut berpatisipasi, wanita jangan hanya duduk berpangku tangan tapi juga
harus melangkah dan berbuat, wanita juga jangan terprovokasi pihak manapun tapi
juga mempunyai peran bagi segala yang
berhubungan dengan diri dan hidupnya. Wanita juga mempunyai peran yang
sangat dominan dalam menciptakan dan mencetak putra-putra emas, maka paradigma negatif terhadap wanita
yang hanya meliputi sumur, kasur dan dapur harus didobrak dan diganti paradigma
positif. Karena para pemimpin dunia yang hebat dan perkasa dilahirkan, dididik
dan diasuh oleh para wanita. Selain itu, wanita juga mempunyai kesabaran,
ketelatenan dan keuletan yang luar biasa dibandang seorang pria. Maka, dengan
kesabaran, ketelatenan dan keuletan wanita itulah tercipta sebuah kedamaian dan
ketentraman baik diranah keluarga maupun diranah sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar