Laman

Rabu, 05 Februari 2014



PESAN PENDIDIKAN
MENGHILANGKAN PARADIGMA NEGATIF TERHADAP WANITA
OLEH: ACH. MUZAYYIN*

Perempuan juga memiliki hak-hak dasar (fitrah) yang hampir sama dengan kaum lelaki. Mereka juga makan, tidur, bekerja, mandi, wajib belajar, mencari penghidupan dan sebagainya. Tetapi, sejak dulu sampai sekarang para perempuan selalu merasa termarjinalkan, karena pada kenyataannya perempuan secara fisik lebih lemah dari pada lelaki, postur tubuh perempuan lebih kecil daripada lelaki, perempuan mempunyai udzur sehingga ia tidak dapat shalat, puasa, membaca Al-Quran dan sebagainya. Sedangkan lelaki tidak ada halangan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan shalat, puasa, membaca al-Quran dan sebagainya.
Diskrimanasi kepada wanita baik dalam ranah keluarga, masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan politik selalu sering terjadi ketidak adilan. Wanita dianggap makhluk yang memiliki kelemahan baik dari segi fisik maupun psikis, peran dan fungsi wanita dibatasi daripada lelaki.  Selama ini, wanita hanya dipreoritaskan pada 3 tempat yaitu, Kasur, sumur dan dapur dan hal ini tetap melekat pada kepercayaan masyarakat Indonesia khususnya Madura. Akhirnya, wanita terkungkung dan berada didalam ketidak pastian.
Karena segala bentuk  diskriminasi terhadap perempuan itulah, kemudian lahir pejuang-pejuang yang mengangkat dan memperjuangkan martabat dan fungsi wanita, seperti Rasulullah, Siti Khadijah sang Ummul Mukminin yang menjadi saudagar kaya, Siti Aisyah yang menjadi rujukan para sahabat setelah Rasulullah wafat untuk menanyakan persoalan agama Islam, Asma’ binti Abu Bakar sang pejuang perempuan yang rela mempertaruhkan harta dan nyawa hingga tua renta, begitu juga sufi wanita Rabi’ah al-Adawiyah yang menjadi rujukan para sufi dunia, ratu Inggris Putri Diana yang menghormati para wanita dan di Indonesia yang sangat terkenal ialah ibu Kartini yang mengangkat dan menjunjung tinggi martabat wanita. Islam sebagai agama Rahmatal lil Alamien yang dibawa oleh Rasulullah SAW, bukan hanya diperuntukkan untuk kaum lelaki saja, tetapi juga untuk wanita. Dalam Islam, perbedaan dan diskriminasi pada wanita tidaklah dibenarkan, karena Islam bukan memandang lemah dan kuatnya, bodoh dan pintarnya, jelek dan tampannya, maupun miskin dan kayanya. Dalam Islam yang diprioritaskan adalah kualitas dan kuantitas takwanya kepada Allah SWT. (Al-Hujurat : 13). Jadi, Al-Quran menolak pandangan-pandangan negatif terhadap perempuan, karena keduanya berasal dari satu jenis yang sama dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan keturunannya baik yang lelaki maupun yang perempuan.
Negara-negara di dunia tidak memandang sebelah mata terhadap wanita, hal ini terbukti pada tahun 1999 di tetapkan Undang-Undang tentang HAM yang isinya sangat  menekankan  upaya perlindungan dan penguatan terhadap perempuan menuju  kepada terwujudnya  kondisi kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh aspek kehidupan warga : sosial, ekonomi, dan politik.  Dan pada tahun 2000, presiden mengeluarkan INPRES  no. 9  tentang Gender Mainstreaming ( Pengaruh utama  Gender )  yang menekankan  perlunya pengintegrasian  gender dalam seluruh  tahap pembangunan nasional, mulai dari tahab perencanaan sampai tahab evaluasi.
Hal ini menandakan bahwa peran dan fungsi wanita tidak hanya sebatas sumur yang mencuci pakaian suami ataupun keluarga, bukan hanya di kasur, dimana seorang wanita harus melayani suami dengan baik walaupun dengan sangat terpaksa dan walapun tanpa mengenal waktu, situasi dan kondisi. Juga bukan hanya sekadar di dapur memasak makanan dan berbagai sajian enak untuk sang suami dan kelurganya. Lebih dari itu, wanita berhak untuk terjun dalam dunia bisnis, ekonomi, politik, sosial maupun dalam bidang keagamaan.
“Perempuan adalah tiang Negara” begitu indah dan anggun sabda Nabi Muhammad ini, perempuan bukan hanya terangkat martabat dan derajatnya, tetapi juga menjadi penentu dan tonggak tegak dan runtuhnya suatu negara. Jika Indonesia memuliakan dan meninggikan para wanita maka tidak ada lagi tempat lokalisasi yang sekarang marak seperti Dolly di Surabaya yang merupakan tempat lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Banyaknya pekerja sek komersial (PSK) yang semakin membesar bagaikan bola salju, akhlak yang semakin tidak manusiawi. Maka, kunci utama dan pertama ialah kesadaran semua unsur untuk tidak membiarkan anak perempuan, saudara perempuan, kerabat atau istrinya terjerumus kedalam kemaksiatan serta membimbing mereka untuk kembali kejalan benar yang sesuai dengan tuntutan agama dan nilai-nilai pancasila.
Jadi, pada dasarnya adalah tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan yang penting mereka beriman dan bertakwa kepada Allah. Lelaki dan perempuan diciptakan dari jenis yang satu atau sama, sehingga tidak ada perbedaan sudut pandang antara yang satu dengan yang lainnya, baik dibidang ekonomi, sosial, pendidikan, politik maupun pekerjaan. Perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin atau penguasa dengan syarat, beriman kepada Allah, mereka menyuruh untuk mengerjakan yang ma'ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, bertakwa kepada Allah SWT., dan juga tidak ada seorang lelaki yang dianggap mampu untuk memimpin.
Maka, memuliakan wanita hukumnya adalah wajib dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi SAW  menjawab, ‘Ibumu!’, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Kemudian siapa lagi,’ Nabi SAW menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’. Begitu mulia dan terhormatnya kedudukan seorang ibu, bahkan menghormati ibu adalah kewajiban pertama dan setelah itu baru seorang ayah.
Jadi, wanita harus aktif jangan berlaku pasif, wanita jangan hanya menunggu tapi juga harus menentukan dan ikut berpatisipasi, wanita jangan hanya duduk berpangku tangan tapi juga harus melangkah dan berbuat, wanita juga jangan terprovokasi pihak manapun tapi juga mempunyai peran bagi  segala yang berhubungan dengan diri dan hidupnya. Wanita juga mempunyai peran yang sangat dominan dalam menciptakan dan mencetak putra-putra emas, maka paradigma negatif terhadap wanita yang hanya meliputi sumur, kasur dan dapur harus didobrak dan diganti paradigma positif. Karena para pemimpin dunia yang hebat dan perkasa dilahirkan, dididik dan diasuh oleh para wanita. Selain itu, wanita juga mempunyai kesabaran, ketelatenan dan keuletan yang luar biasa dibandang seorang pria. Maka, dengan kesabaran, ketelatenan dan keuletan wanita itulah tercipta sebuah kedamaian dan ketentraman baik diranah keluarga maupun diranah sosial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar