Laman

Rabu, 05 Februari 2014

OPINI - URGENSI HISTORISITAS PENDIDIKAN RASULULLAH SAW.



URGENSI HISTORISITAS PENDIDIKAN RASULULLAH SAW.
Oleh : Ach. MUzayyin*
Sosialisasi Islam ialah suatu proses atau usaha untuk menyebarkan dan membina serta melestarikan  ajaran Islam kepada masyarakat Islam maupun non-Islam agar perilaku dan sikap mereka sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Semenjak Nabi Muhammad SAW. berusia 40 tahun, beliau sering bertahannus di Gua Hira. Pada tanggal 6 Agustus 610 M, tepatnya pada malam 17 Ramadhan datanglah malaikat Jibril as. dengan membawa wahyu yang petama yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5. Sosialisasi dan pendidikan Islam mulai dilakukan dan direalisasikan oleh Rasulullah SAW. kepada para kerabat, sahabat dan masyarakat Mekkah bahkan keseluruh penjuru dunia disaat Rasulullah menerima wahyu kedua. Adapun strategi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. dalam menyebarkan Islam, membina, mendidik, dan membimbing masyarakat Mekkah dan sekitranya ialah.
Pertama, secara sembunyi-sembunyi. Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan oleh Rasulullah SAW. ketika beliau menerima wahyu yang kedua yaitu surah Al-Muddatstsir ayat 1-7. Dakwah ini hanya dilakukan dan disampaikan kepada keluarganya dan sahabat- sahabat dekat beliau. Sehingga pada masa awal dakwah Rasulullah dikenallah dalam dunia Islam Assabiqunal Awwalun (Orang yang pertama masuk Islam) seperti, Siti Khodijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsa dan Abu Bakar Ash-Shidhiq, Utsman bin Affan dan sebagainya.
Kedua,  secara terang-terangan, yaitu  ketika Rasulullah menerima wahyu surah Al- Hijr ayat 94, maka  Rasulullah SAW. langsung melakukan dakwah secara terang-terangan dan terbuka kepada penduduk Mekkah dan kepada seluruh lapisan masyarakat di luar mekkah, baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya. Meski cacian, hertakan, penghinaan bahkan penindasan dan diskriminasi dilakukan oleh kafir Quraisy tetapi semua itu tidak menyurutkan dan mematahkan semangat Rasulullah.
Selain mengajarkan, membimbing, membina, mendidik dan menyebarkan ajaran Islam, ternyata Rasulullah juga melakukan kaderisasi kepada para sahabat dan kaum muslimin. Hal ini terbukti dari sabda Rasulullah, “Maka hendaklah yang menyaksikan menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir, karena terkadang orang yang menyampaikan itu lebih mengerti daripada orang yang hanya sekedar mendengar” (HR. Bukhari 1741, 7078 / Muslim 1679). Jadi, proses pengkaderan yang dilakukan oleh Rasulullah sangatlah tepat sehingga ketersambungan sanad tidak akan bisa terputus. Dan ajaran syariat Islam tetap berjalan tiada henti. Selain itu, Rasulullah juga mendelegasikan sahabat senior untuk mengajarkan dan mendidik masyarakat di sekitar Mekkah dan Madinah.
Dalam mentransfer ajaran Islam Rasulullah juga sangat aktif dan partisipatif,  hal ini terbukti setiap kali wahyu turun Rasulullah langsung memanggil dan mengumpulkan para sahabat guna mentransfer dan mengkaji wahyu yang baru turun tersebut secara langsung. Bahkan Rasulullah mempunyai sekretaris pribadi yaitu dengan adanya juru tulis dan penghafal wahyu seperti Zaid bin Tsabit, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abu Bakar As-Shiddiq, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan sahabat yang lainnya. Pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah dalam kaderasi syariat Islam menggunakan dua metode, pertama al-Jam’u fis-Shudur (mengumpulkan atau memelihara didada) yaitu dengan menyuruh sahabat menghafal wahyu atau hadits yang disampaikan oleh Rasulullah. kedua, al-Jam’u fis-suthur (mengumpulkan atau memelihara dengan tulisan) yaitu dengan menyuruh sahabat yang tidak mampu menghafal untuk menulis wahyu atau haditsyang disampaikan dipelapah-pelapah kurma, kulit domba maupun di tulang belulang binatang lainnya.
Sebagai seorang Murobbi, mu’allim, Orator, mufti dan guru, Rasulullah mengerti dan mengetahui situasi dan kondisi serta psikologi para sahabat, sehingga pengajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah disesuaikan dengan tingkat kualitas dan kemampuan para sahabatnya. Selain itu, transfer dan pengajaran Al-Quran dan Hadits yang dilakukan oleh Rasulullah cukup efektif dan efesien, karena metode yang dilakukan oleh Rasulullah sangat mengasah IQ (Intelektual Question), EQ (Emosional Question) dan juga SQ (Spritual Question). Ketika ada sahabat pemarah yang bertanya sesuatu pada Rasulullah, beliau bersabda, “Jangan kau Marah. Sabda ini selain menyangkut IQ ternyata juga berhubungan dengan EQ yaitu dengan menahan emosi dan anarki. Dan juga ketika sahabat bertanya tentang amalan shadaqah, Rasulullah menjawab, ‘Tasbih, takbir, tahmid dan tahlil juga merupakan shadaqah”. Hadits inipun melatih IQ dengan menjadi orang hebat dan pandai, juga melatih EQ, karena amalan seperti itu diperlukan kesabaran, kontinuitas serta menghilangkan emosionalitas diri. Selain itu SQ pun akan tetap terjaga, karena dengan dzikir, muraqabah dan ibadah kepada Allah secara istiqamah, maka dhahiriyah dan batiyah akan suci dan jauh dari hal-hal kotor. Sehingga dengan mengasah ketiga kemampuan tersebut, terciptalah kader-kader yang hebat dan berkarakter sesuai dengan al-Quran dan Hadits.
Maka, proses pendidikan yang dilakukan dan di realisasikan oleh Rasulullah sangat efektif dan sangat efisien untuk dilakukan oleh umat-umatnya terutama para pendidik dilembaga pendidikan di era modern seperti sekarang. Karena pendidikan tidak akan berhasil tanpa adanya kesabaran, ketelatenan, konsisten dan kontinuitas. Pendidikan bukan hanya sekadar mengajarkan atau menyampaikan ilmu saja (transfer of knowlegde) kepada anak didik. Tetapi, pendidik juga harus memberi dan menjadi contoh tauladan yang baik kepada anak didik sesuai dengan nilai-nilai agama (transfer of Value).
Bukan hanya mengajarkan dan mentransfer saja, tetapi Rasulullah adalah orang pertama yang melakukan atau mengamalkan kebaikan sebelum beliau menyuruh para sahabat. Rasulullah orang pertama yang meninggalkan kejelekan dan keburukan sebelum melarang para sahabat. Rasulullah orang yang selalu berada dibarisan terdepan disetiap perang berkecamuk. Rasulullah orang pertama yang rela lapar, tidur diatas tikar, berpakaian lusuh demi kebahagiaan dan kesenangan para sahabat. Rasulullah orang pertama yang mendapat gelar al-Amien di kota Mekkah. Dan Rasulullah menjadi panutan seluruh umat Islam dan umat non-muslim diseluruh dunia. Rasulullah bukan hanya berkata tapi juga berbuat, bukan hanya melarang tapi juga meninggalkan, bukan hanya menyuruh tapi juga melakukan. Dalam artian Rasulullah adalah tipe orang yang talk less do more bukan talk more do less.
Maka, seorang pendidik juga harus menjadi panutan dan contoh dalam segala bidang kebaikan dan kebijaksanaan. Selain itu pendidik harus mengkolaborasikan antara IQ, EQ dan SQ dalam segala tindakan dan perbuatan, karena hanya dengan itulah maka kedamaian hidup didunia dan akhirat akan tercapai. Selain itu, dengan menggunakan IQ, EQ dan SQ proses kaderasi seperti yang dilakukan oleh Rasulullah akan tercapai dan bukan merupakan isapan jempol belaka. Pendidik jangan ragu-ragu dalam menyuruh atau memerintah anak didik dalam menulis dan menghafal pelajaran yang memang seharunya ditulis dan hafal. Karena dengan demikian, maka pelajaran atau meteri yang telah di transfer kepada anak didik tidak hanya sebatas dikertas saja tapi juga ada dalam ingatan. Dan dengan menjadi contoh tauladan yang baik, maka terciptalah anak didik yang berkarakter yang sesuai dengan syariat Islam. Sehingga validitas dan keotentikan ilmu-ilmu agama maupun eksakta yang di ajarkan tetap terjaga dan terpelihara hingga akhir zaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar