URGENSI HISTORISITAS PENDIDIKAN RASULULLAH SAW.
Oleh : Ach. MUzayyin*
Sosialisasi Islam ialah suatu proses atau usaha untuk menyebarkan dan
membina serta melestarikan ajaran Islam
kepada masyarakat Islam maupun non-Islam agar perilaku dan sikap mereka sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam. Semenjak Nabi Muhammad SAW. berusia 40
tahun, beliau sering bertahannus di Gua Hira. Pada tanggal 6 Agustus 610 M,
tepatnya pada malam 17 Ramadhan datanglah malaikat Jibril as. dengan membawa
wahyu yang petama yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5. Sosialisasi dan pendidikan Islam mulai dilakukan dan direalisasikan oleh Rasulullah
SAW. kepada para kerabat,
sahabat dan masyarakat Mekkah bahkan keseluruh penjuru dunia
disaat Rasulullah menerima wahyu kedua. Adapun strategi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. dalam menyebarkan Islam, membina, mendidik, dan membimbing
masyarakat Mekkah dan sekitranya ialah.
Pertama, secara
sembunyi-sembunyi. Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan oleh
Rasulullah SAW. ketika beliau menerima wahyu yang kedua yaitu surah
Al-Muddatstsir ayat 1-7. Dakwah ini hanya dilakukan dan disampaikan kepada
keluarganya dan sahabat- sahabat dekat
beliau. Sehingga pada masa awal dakwah Rasulullah dikenallah
dalam dunia Islam Assabiqunal Awwalun (Orang yang pertama masuk Islam)
seperti, Siti Khodijah, Ali
bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsa dan Abu Bakar Ash-Shidhiq, Utsman bin Affan
dan sebagainya.
Kedua, secara terang-terangan, yaitu ketika Rasulullah menerima wahyu surah Al-
Hijr ayat 94, maka Rasulullah SAW.
langsung melakukan dakwah secara terang-terangan dan terbuka kepada penduduk
Mekkah dan kepada seluruh lapisan masyarakat di luar mekkah, baik golongan
bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya. Meski cacian, hertakan, penghinaan
bahkan penindasan dan diskriminasi dilakukan oleh kafir Quraisy tetapi semua
itu tidak menyurutkan dan mematahkan semangat Rasulullah.
Selain mengajarkan,
membimbing, membina, mendidik dan menyebarkan ajaran Islam, ternyata Rasulullah
juga melakukan kaderisasi kepada para sahabat dan kaum muslimin. Hal ini
terbukti dari sabda Rasulullah, “Maka hendaklah yang menyaksikan
menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir, karena terkadang orang yang
menyampaikan itu lebih mengerti daripada orang yang hanya sekedar mendengar” (HR.
Bukhari 1741, 7078 / Muslim 1679). Jadi, proses pengkaderan yang dilakukan oleh
Rasulullah sangatlah tepat sehingga ketersambungan sanad tidak akan bisa
terputus. Dan ajaran syariat Islam tetap berjalan tiada henti. Selain
itu, Rasulullah juga mendelegasikan sahabat senior untuk mengajarkan dan
mendidik masyarakat di sekitar Mekkah dan Madinah.
Dalam mentransfer ajaran Islam
Rasulullah juga sangat aktif dan partisipatif,
hal ini terbukti setiap kali wahyu turun Rasulullah langsung memanggil
dan mengumpulkan para sahabat guna mentransfer dan mengkaji wahyu yang baru
turun tersebut secara langsung. Bahkan Rasulullah mempunyai sekretaris pribadi
yaitu dengan adanya juru tulis dan penghafal wahyu seperti Zaid bin Tsabit,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abu Bakar As-Shiddiq, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib dan sahabat yang lainnya. Pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah
dalam kaderasi syariat Islam menggunakan dua metode, pertama al-Jam’u fis-Shudur
(mengumpulkan atau memelihara didada) yaitu dengan menyuruh sahabat menghafal
wahyu atau hadits yang disampaikan oleh Rasulullah. kedua, al-Jam’u fis-suthur
(mengumpulkan atau memelihara dengan tulisan) yaitu dengan menyuruh sahabat
yang tidak mampu menghafal untuk menulis wahyu atau haditsyang disampaikan
dipelapah-pelapah kurma, kulit domba maupun di tulang belulang binatang
lainnya.
Sebagai seorang Murobbi,
mu’allim, Orator, mufti dan guru, Rasulullah mengerti dan mengetahui situasi
dan kondisi serta psikologi para sahabat, sehingga pengajaran dan pendidikan
yang dilakukan oleh Rasulullah disesuaikan dengan tingkat kualitas dan kemampuan
para sahabatnya. Selain itu, transfer dan pengajaran Al-Quran dan Hadits yang
dilakukan oleh Rasulullah cukup efektif dan efesien, karena metode yang
dilakukan oleh Rasulullah sangat mengasah IQ (Intelektual Question), EQ
(Emosional Question) dan juga SQ (Spritual Question). Ketika ada sahabat
pemarah yang bertanya sesuatu pada Rasulullah, beliau bersabda, “Jangan kau
Marah”. Sabda ini
selain menyangkut IQ ternyata juga berhubungan dengan EQ yaitu dengan menahan
emosi dan anarki. Dan juga ketika sahabat bertanya tentang amalan shadaqah,
Rasulullah menjawab, ‘Tasbih, takbir, tahmid dan tahlil juga merupakan
shadaqah”. Hadits inipun melatih IQ dengan menjadi orang hebat dan pandai,
juga melatih EQ, karena amalan seperti itu diperlukan kesabaran, kontinuitas
serta menghilangkan emosionalitas diri. Selain itu SQ pun akan tetap terjaga,
karena dengan dzikir, muraqabah dan ibadah kepada Allah secara istiqamah, maka dhahiriyah
dan batiyah akan suci dan jauh dari hal-hal kotor. Sehingga dengan
mengasah ketiga kemampuan tersebut, terciptalah kader-kader yang hebat dan
berkarakter sesuai dengan al-Quran dan Hadits.
Maka, proses pendidikan yang
dilakukan dan di realisasikan oleh Rasulullah sangat efektif dan sangat efisien
untuk dilakukan oleh umat-umatnya terutama para pendidik dilembaga pendidikan
di era modern seperti sekarang. Karena pendidikan tidak akan berhasil tanpa
adanya kesabaran, ketelatenan, konsisten dan kontinuitas. Pendidikan bukan
hanya sekadar mengajarkan atau menyampaikan ilmu saja (transfer of knowlegde) kepada anak didik. Tetapi, pendidik juga harus memberi dan menjadi
contoh tauladan yang baik kepada anak didik sesuai dengan nilai-nilai agama (transfer
of Value).
Bukan hanya mengajarkan dan mentransfer saja, tetapi Rasulullah adalah orang pertama yang melakukan
atau mengamalkan kebaikan sebelum beliau menyuruh para sahabat. Rasulullah
orang pertama yang meninggalkan kejelekan dan keburukan sebelum melarang para
sahabat. Rasulullah orang yang selalu berada dibarisan terdepan disetiap perang
berkecamuk. Rasulullah orang pertama yang rela lapar, tidur diatas tikar,
berpakaian lusuh demi kebahagiaan dan kesenangan para sahabat. Rasulullah orang
pertama yang mendapat gelar al-Amien di kota Mekkah. Dan Rasulullah menjadi
panutan seluruh umat Islam dan umat non-muslim diseluruh dunia. Rasulullah
bukan hanya berkata tapi juga berbuat, bukan hanya melarang tapi juga
meninggalkan, bukan hanya menyuruh tapi juga melakukan. Dalam artian Rasulullah
adalah tipe orang yang talk less do more bukan talk more do less.
Maka, seorang pendidik juga
harus menjadi panutan dan contoh dalam segala bidang kebaikan dan
kebijaksanaan. Selain itu pendidik harus mengkolaborasikan antara IQ, EQ dan SQ
dalam segala tindakan dan perbuatan, karena hanya dengan itulah maka kedamaian
hidup didunia dan akhirat akan tercapai. Selain itu, dengan menggunakan IQ, EQ
dan SQ proses kaderasi seperti yang dilakukan oleh Rasulullah akan tercapai dan
bukan merupakan isapan jempol belaka. Pendidik jangan ragu-ragu dalam menyuruh
atau memerintah anak didik dalam menulis dan menghafal pelajaran yang memang
seharunya ditulis dan hafal. Karena dengan demikian, maka pelajaran atau meteri
yang telah di transfer kepada anak didik tidak hanya sebatas dikertas saja tapi
juga ada dalam ingatan. Dan dengan menjadi contoh tauladan yang baik,
maka terciptalah anak didik yang berkarakter yang sesuai dengan syariat Islam. Sehingga validitas dan keotentikan ilmu-ilmu agama maupun
eksakta yang di ajarkan tetap terjaga dan terpelihara hingga akhir zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar