KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirot Allah SWT, yang telah memberikan
Taufik, Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami (penulis) bisa menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “Filsafat Sebagai Metode dan Paradigma”.
Sholatan wasalaman semoga tetap tercurahkan kepada beliau
Muhammad Ibnu Abdillah yang telah mengangkis kita semua dari alam kebodohan
menuju lautan ilmu seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Kami (penulis) berterima
kasih kepada pihak yang ikut berperan dalam pembuatan makalah ini , khususnya
kepada dosen pembimbing yaitu Bpk. Moh. Kholil M.Fil.i. Semoga makalah ini bermanfaat dan juga bisa
menjadi tatanan dalam kehidupan masyarakat khususnya bagi kami
(penulis). Amien.
Sebagai umat manusia, yang tidak mungkin luput dari yang
namanya salah, untuk itu kami (penulis) mohon maaf apabila ada kesalahan baik
dalam tulisan maupun dalam susunan.
Dan kami (penulis) mohon juga kesedian para pembaca untuk
sudi kiranya memberikan kritik dan saran, guna dengan tujuan agar lebih baik
lagi dalam penyusunan makalah berikutnya.
Sumenep, 30 September
2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR
ISI................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................................
1
1.2
Tujuan...............................................................................................
1
1.3
Tujuan Pembahasan..........................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Metode...........................................................................
2
2.2
Pengertian Paradigma.......................................................................
4
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.......................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dalam menghadapi seluruh
kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya.
Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai
menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama
atau kepercayaan Ilahiah.
Berfilsafat
kerap dianggap kegiatan yang hanya dilakukan para arif bijaksana. Oleh pikir
hampir selalu dihubungkan dengan para cerdik cendikiawan, kaum terpelajar.
Makin ilmu pengetahuan
menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin
nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
Jauh sebelum manusia
menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu
disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika,
dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya
tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang
nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafat. Kegiatan manusia yang
memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar
mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia . Bagian filsafat
yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama
yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud metode filsafat?
2. Apakah yang dimaksud filsafat sebagai paradigma?
1. Apakah yang dimaksud metode filsafat?
2. Apakah yang dimaksud filsafat sebagai paradigma?
1.3.
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud filsafat sebagai metode.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud filsafat sebagai paradigma.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud filsafat sebagai metode.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud filsafat sebagai paradigma.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode
Kata Metode
berasal dari kata Yunani Methodos , sambungan
kata depan meta ialah menuju,
melalui, mengikuti, sesudah. Dan kata depan hodos
ialah jalan, perjalanan, cara, arah. Kata Methodos sendiri lalu berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis
ilmiyah, uraian ilmiyah,. Metode adalah cara bertindak menurut system aturan
tertentu. (Anton Bakker, 1984, hlm 10)
Metode filsafat adalah
metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek
materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala
sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal. Sonny Keraf
dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentang bertanya atau
berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu
sendiri) dari segala sudut pandang. Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang
kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan
secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita
bisa memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya,
sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi
justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi
mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
Sebenarnya
jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan definisi dari para ahli dan
ahli filsuf sendiri. Karena metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk
mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri.
Dalam membangun tradisi
filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan
meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya,
bahasa, bahkan agamatempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu,
filsafat biasadiklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang
budayanya.Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurutwilayah
dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagimenjadi: “Filsafat
Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”.Sementara latar belakang
agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “FilsafatBudha”, “Filsafat Hindu”, dan
“Filsafat Kristen”.
Lantaran
banyaknya metode ini. Runes dalam Dictionary
of Philosophy sebagaimana dikutip oleh Anton Bakker menguraikan sepanjang
sejarah filsafat telah dikembangkan sejumlah metode-metode filsafat yang
berbeda dengan cukup jelas. Yang paling penting dapat disusun menurut garis
historis sedikitnya ada 10 metode, yaitu sebagai berikut.
- Metode Kritis: Socrates, Plato
Bersifat
analisis istilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan
keyakinan, dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog),
membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak dan akhirnya ditemukan
hakikat.
- Metode Intuitif: Platinus, Bargson
Dengan jalan
instrospeksi intuitif, dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan
pembersihan intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai
suatu penerangan pikiran. Bargson: dengan jalan pembauran antara kesadaran dan
proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
- Metode Skolastik: Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan
Bersifat
sintetis,deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi-definisi atau
prinsi-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.
- Metode Geometris: Rene Descartes dan Pengikutnya
Melalui
analisis mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat
‘sederhana’ (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat-hakikat itu
dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
- Metode Empiris: Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya
pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide)
dalam introspeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian
disusun bersama secara geometris.
- Metode Transendental: Immanuel Kant, Neo-Skolastik
Bertitik tolak
dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki
syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.
- Metode Fenomologis: Husserl Eksistensialisme
Dengan jalan
beberapa pemotongan sistematis (reduction),
refleksi atas fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat
murni.
- Metode Dialektis: Hegel, Marx
Dengan jalan
mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitetis,
sintesis dicapai hakikat kenyataan.
- Metode Neo-positivistis
Kenyataan
dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti
berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
- Metode Analitika Bahasa: Wittgenstein
Dengan jalan
analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan
filosofis. (Anton Bakker, 1984, hlm 21-22).
Dari sepuluh
metode tersebut hanya beberapa metode yang khas bagi filsafat yang dianggap
paling penting dan berpengaruh sepanjang sejarah filsafat. Metode yang khas
itulah yang dibahas oleh Anton Bakker
2.2 Pengertian Paradigma
Paradigma dalam bahasa Inggris disebut paradigm dan dalam bahasa Perancis
disebut paradigme, istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan
deigma. Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma
berarti (memperlihatkan, yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal).
Sedangkan deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau
mempertunjukkan sesuatu. Lorens Bagus dalam Kamus Filsafat memaparkan beberapa
pengertian tentang paradigma sebagai berikut: 1) Cara memandang sesuatu, 2)
Dalam ilmu pengetahuan artinya menjadi model, pola, ideal. Dari model-model ini
fenomenon yang dipandang dijelaskan, 3) Totalitas premis-premis teoritis dan
metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret. Dan
ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu, 4) Dasar untuk
menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa pengertian paradigma adalah 1) Ling
daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan
deklanasi kata tersebut, 2) Model dalam teori ilmu pengetahuan, 3) Kerangka
berpikir atau kerangka acuan. Menurut Jujun S. Sumantri dalam bukunya Filsafat
Ilmu menyatakan bahwa paradigma adalah sebuah konsep dasar yang dianut oleh
suatu masyarakat tertentu termasuk masyarakat ilmuwan. Thomas Kuhn dalam Rizal
Mustansyir juga menyatakan bahwa paradigma adalah cara pandang terhadap dunia
yang menjadi acuan dari revolusi ilmah dan mempunyai cara kerja terhadap
revolusi ilmah itu sendiri. Secara umum pengertian paradigma adalah seperangkat
kepercayaan atau kayakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Guba yang dikutip oleh Muhammad Adib
(Filsafat Ilmu, 2010), menyatakan bahwa paradigma dalam ilmu pengetahuan
mempunyai definisi bahwa seperangkat keyakinan mendasar yang memandu
tindakan-tindakan manusia dalam keseharian maupun dalam penyelidikan ilmiah.
Jadi menurut pemakalah paradigma adalah suatu rangkaian berpikir yang menjadi acuan
dan kepercayaan yang mendasar yang menuntun seseorang dalam bertindak.
Sedangkan Pengertian
paradigma menurut kamus filsafat adalah :
1. Cara
memandang sesuatu.
2. Model,
pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan
dijelaskan.
3. Totalitas
premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan menentukan atau
mendefinisikan sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek
ilmiah pada tahap tertentu.
4. Dasar
untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem
riset.
Paradigma
sangat penting perannya dalam mempengaruhi teori, analisis mau pun tindak
perilaku seseorang. Karena paradigma sangat menentukan apa yang tidak kita
pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui. Paradigma pulalah
yang mempengaruhi pandangan seseorang apa yang baik dan buruk, adil dan yang
tidak adil. Oleh karena itu, jika ada dua orang yang melihat sesuatu realitas
sosial yang sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, sikap dan perilaku
yang berbeda pula. Perbedaan ini semuanya dikarenakan perbedaan paradigma yang
dimiliki, yang secara otomatis memengaruhi persepsi dan tindak komunikasi
seseorang.
2.3 Cara Kerja Paradigma
Menurut Kuhn
dalam Rizal Mustansyir (Filsafat Ilmu, 2010: 154), menyatakan bahwa cara kerja
paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah secara singkat dapat digambarkan ke
dalam tahap-tahap yang akan dikemukakan berikut:
Tahap
Pertama, paradigma ini membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa
ilmu normal (normal science). Disini para ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan
mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan
mendalam.
Tahap kedua,
menumpuknya anomali-anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan
terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuan
mulai keluar dari jalur ilmu normal.
Tahap ketiga,
para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang lama sembari
memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa
memecahkan masalah dan mebimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan
dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.
Secara lebih
rinci revolusi ilmiah atau cara kerja paradigma menurut Thomas Kuhn dapat
dipaparkan sebagai berikut:
- Normal Sains (Science)
Sains yang normal berarti riset berdasar atas satu atau lebih pencapaian ilmiah
yang lalu, pencapaian yang oleh masyarakat ilmiah tertentu pada suatu ketika
dinyatakan sebagai pemberi fondasi bagi praktek selanjutnya. Menurut Kuhn yang
mengemukakan bahwa sains normal adalah beberapa contoh praktik ilmiah nyata
yang diterima (mencakup dalil, teori, penerapan dan instrumentasi) menyajikan
model-model yang melahirkan tradisi-tradisi tertentu dari riset ilmiah.
- Anomali dan Munculnya Penemuan Baru
Data anomali
berperan besar dalam memunculkan sebuah penemuan baru yang diawali dengan
kegiatan ilmiah. Dalam hal ini teradapat 2 macam kegiatan ilmiah yaitu, 1)
Puzzle solving, para ilmuwan membuat percobaan dan mengadakan observasi yang bertujuan
untuk memecahkan teka-teki, bukan mencari kebenaran. Bila paradigmanya tidak
dapat digunakan untuk memecahkan persoalan penting atau malah mengakibatkan
konflik, maka suatu paradigma baru harus diciptakan. 2) Dengan demikian
kegiatan ilmiah selanjutnya diarahkan kepada penemuan paradigma baru, jika
penemuan baru ini berhasil, maka akan terjadi perubahan besar dalam ilmu
pengetahuan. Penemuan diawali dengan kesadaran akan adanya anomali. Kemudian
riset berlanjut dengan eksplorasi yang diperluas pada wilayah anomali. Riset
tersebut akan berakhir bila teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga
yang menyimpang menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Jadi dalam penemuan baru
harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Setelah memaparkan penjelasan
singkat dari metode filsafat dan paradigma ilmu, pemakalah menyimpulkan bahwa Metode filsafat adalah
metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek
materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala
sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.Sonny Keraf
dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentang bertanya atau
berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu
sendiri) dari segala sudut pandang. Sedangkan paradigma ilmu adalah
seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia dalam
kesehariannya maupun dalam penyelidikan ilmiah yang dalam hal ini dibatasi pada
paradigma pencarian ilmu pengetahuan, yaitu suatu keyakinan dasar yang
digunakan berbagai kalangan untuk mencari kebenaran realitas menjadi suatu ilmu
atau disiplin ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Junjun S. 2003. “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer” . Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan
Iqbal , Muhammad
. 2012. “Makalah Pengantar Filsafat
Ilmu” http://akuibe.blogspot.com/2012/06/tugas-makalah-pengantar-filsafat-ilmu.html.
Diakses tanggal 1 Desember 2012.
loekisno. 2012. “paradigma-ilmu”.
http://loekisno.wordpress.com/tag/paradigma-ilmu/.
Diakses tanggal 1 Desember 2012.
Zaenal Ausop, Asep,
dkk.. 2012 . “ Makalah-Filsafat-Ilmu
”. http://id.scribd.com/doc/60432683/Makalah-Filsafat-Ilmu.
Diakses tanggal 1 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar